Pengantar
Berikut adalah pemenang I penulisan artikel pada acara Penguatan Wawasan Islam Rahmatan Lil Alamin dan Multikultur pada SMP yang diselenggarakan di Pontianak pada tanggal 6-8 November 2019. Menulis dengan gaya bertutur seperti cerita pendek, Amelia, siswi SMP Islam Al Azhar 17 Pontianak berhasil menjelaskan tema Sekolahku Tanggung Jawabku dengan mengalir khas cerpen tanpa kehilangan pesan dasar sesuai tema.
SEKOLAHKU TANGGUNG JAWABKU
Assalamualaikum Wr.Wb
Sudah tak terasa aku memasuki SMP. Aku mendapatkan beasiswa saat kelas 6 SD. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT yang menolongku dapat masuk kesekolah favoritku. Akhirnya usahaku tak sia sia selama belajar 6 tahun disekolah dasar. Aku berterima kasih kepada guru, orang tua dan teman temanku yang sudah mendukungku selama ini. Aku sekolah di SMP Islam Al-Kadih.
Aku kesekolah memakai baju seragam merah putih dan kerudung putih. Tinggiku sekitar 155 cm, mataku dibilang agak besar oleh teman temanku dulu. Hobiku biasanya mewarnai, menulis dan menyanyi. Sudah banyak penghargaan ku saat dulu, berkat Allah dan keluargaku yang sudah menolongku mendapat prestasi.
Namaku Hana Syafira Putri, dipanggil Hana. Aku berumur 12 tahun. Aku memiliki 1 adik laki laki, namanya Rudi. Aku tinggal dengan orang tuaku. Orang tuaku senang saat aku mendapatkan beasiswa masuk kesekolah yang bagus. Saat hari pertama aku masuk kesekolah, rasanya canggung. Lalu ada yang menyapaku saat aku sendirian. “Assalamualaikum. Hai, namaku Fiona. Maukah kau menjadi temanku? Aku belum punya teman”. Ucap seorang gadis riang dan menawan. Aku tersenyum lebar. “Ya..namaku Hana. Aku mau jadi temanmu”. Ucapku. Hari pertama sudah mendapatkan teman baru. Terlihat Fiona tersenyum. Kami pun saling menceritakan diri kami, sampai guru datang kekelas. Aku masuk kelas 7C yang dibimbing oleh Bu Yuni.
Bu Yuni terlihat baik dan ramah. Bu Yuni mengatakan kalau dia itu guru Bahasa Indonesia. Aku dan Fiona duduk bersebelahan di pojok kiri. Lalu kami semua pun berkenalan masing masing. Lalu kami mengadakan voting ketua dan wakil kelas serta yang lain. “Siapa yang mau jadi calon ketua kelas?”. Tanya bu Yuni. Aku pun mengangkat tangan, beberapa ada yang begitu. “Silahkan maju kedepan”. Aku pun maju kedepan dengan yang lain. Bu Yuni mengatakan, kalau mau jadi ketua kelas, harus memiliki jiwa kepimpinan, dapat mengatur kelas, dan baik dalam kegiatan aktif maupun pasif.
Aku dan yang lain pun menjelaskan kenapa ingin menjadi ketua kelas. Yang lain harus menulis nama calon ketua kelas di kertas kecil dan beri ke Bu Yuni. Voting pun selesai, semua anak(kecuali calon ketua) sudah memberi ke Bu Yuni. Tak lama kemudian, rupanya aku yang paling banyak dipilih sebagai ketua kelas setelah dihitung hitung. Dan wakil kelas itu bernama Rino. Bu Yuni pun menyuruh kami kembali duduk ketempat masing masing. Aku pun duduk di bangku milikku. Fiona pun menghampiriku sambil tersenyum lebar. “Selamat Hana! Kau menjadi ketua kelas ini. Semoga kau semakin bisa mengatur kelas dan menjadi lebih baik”. Ucap Fiona memujiku. Aku hanya tersenyum malu. “Amin. Terima kasih Fiona”.
Jam pelajaranpun selesai. Aku dan Fiona ingin kekantin. Tapi saat mau kekantin, tiba tiba saja ada yang memanggilku. “Hanaaa! Tunggu sebentar..!”. ucap lelaki berbadan tinggi, ia lari kepadaku. Aku pun tersentak dan menoleh kepadanya. Rupanya itu Rino, wakil ketua kelas. Dia pun berhenti didepanku sambil mengatur nafas. “Rino kenapa?”. Tanyaku kepadanya. Dia pun mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk. “Boleh kenalan? Karena kita ketua dan wakil ketua kelas, kita harus bisa kerja sama”. Ucap Rino. Aku tersenyum lalu mengangguk. Fiona yang daritadi diam, ia pun bersuara. “Rino..kau mau kekantin dengan kami?”. Tanya Fiona. Rino mengangguk dan ikut kekantin.
Saat sampai dikantin, terliat dua lelaki sedang kelahi. Aku, Fiona dan Rino pun melihat kejadian mereka kelahi. Aku pun bertanya kepada yang lain. “Kenapa mereka kelahi?”. Tanyaku. “Karena Faiz mengejek Diro, Diropun marah, lalu Diro membalas Faiz dengan ejekan. Alhasil mereka menjadi kelahi”. Ucap gadis itu. Aku pun menghampiri mereka. “H-Hana..”. ucap Fiona. Aku pun memisahkan mereka berdua.
“Kalian tidak boleh kelahi satu sama lain. Siapa yang namanya Faiz?”. Ucapku lantang. Lelaki bernama Faiz pun menangkat tangan. Aku pun menoleh kepadanya. “Tidak boleh mengejek orang lain. Kau mengejek orang lain seenaknya, tapi kalau kau diejek, kau malah marah”. Ucapku. Dia hanya diam ditempat. Lalu aku menoleh ke Diro. “Dan kau. Kalau kau diejek, seharusnya kau sabar dan tidak membalas itu. Kau seharusnya lapor ke guru”. Ucapku lagi, tapi kali ini ke Diro. Diro hanya menunduk dan meminta maaf. “Minta maaf ke Faiz”. Ucapku. Diro pun minta maaf ke Faiz. “Cih..seharusnya aku yang minta maaf duluan”. Ucap Faiz lalu tersenyum. Diro pun ikut tersenyum. Aku pun lega.
Orang orangpun bertepuk tangan kepadaku. Rasanya jadi malu. Guru olahraga yang bernama Pak Ridho pun datang. “Kudengar ada yang kelahi disini”. Ucap pak Ridho. “Alhamdulillah, perkelahian sudah selesai pak. Berkat Hana, membuat Faiz dan Diro baikan lagi”. Ucap Rino. “Ah..begitu. Maafkan bapak karena sudah telat tadi. Untung ada Hana. Terima kasih ya nak”. Ucap pak Ridho kepadaku. Aku tersenyum. “Iya pak”. Keadaan pun membaik. Semuanya sudah bubar dan melanjutkan kerjaan masing masing. Aku dan kedua temanku membeli pentol kuah. Rasanya enak.
Setelah kami jajan, kami pun kembali kekelas. Saatnya pelajaran IPA. Guru ini bernama Pak Budi. Seperti biasa, kami mengenal setiap guru yang masuk kedalam kelas. Diluar maupun dalam kelas. Aku pun disuruh buat kelompok, anggota nya 4 orang. Untunglah jumlah siswa disitu 24. 12 laki laki dan 12 perempuan. Aku pun sekelompok dengan Fiona, Dina dan Nia. Kami juga sudah kenalan. Pak Budi menyuruh kami untuk menulis semua tumbuhan disekitar sekolah. Aku dan yang lain menuju ke luar kelas dan ke taman kecil. Terlihat dedaunan hijau dan asri.
Setelah kami catat semua tumbuhan sekitar, aku melihat banyak dedaunan pohon yang layu jatuh sehingga tak enak dipandang. Untnglah sudah jam istirahat. Aku pun meminta izin kepada Pak Budi untuk membersihkan lingkungan. Aku pun memanggil semua temanku. “Lihat. Banyak dedaunan kering yang jatuh dari pohon tua itu. Itu dapat membuat sekolah kita kotor”. Ucapku.”Bagaimana kita bersihkan tempat ini?”. Tanya Nia. Aku mengangguk. “Baiklah. Yang lain ambil sapu, sekop, dan kantong plastic besar. Semuanya pun mengangguk dan mengambil benda benda tersebut.
Setelah semuanya sudah mengabil alat alat itu, kita semua pun bersih bersih. Pak Budi juga ikut bersih bersih. Anak anak serta guru lain pun ikut bersih bersih. “Bagus! Semakin ramai maka semakin cepat kerjaannya”. Ucap Dina riang. Alhasil warga warga sekolah bersih bersih lingkungan sekolah supaya bersih. Aku pun sempat berpikir. Bagaimana kalau kita hias sekolah kita? Supaya semain enak dipandang dan semakin banyak yang akan ke sekolah. “Fiona, Dina, Rino..tolong ambilkan beberapa hiasan sekolah digudang”. Mereka pun langsung mengambil hiasan itu. Aku pun memberitau yang lain untuk menghias.
Tak lama kemudian, mereka bertiga membawa kotak yang berisi hiasan. “Mari kita mengdekorasikan sekolah!”. Ucapku dengan riang. Semuanya pun mengdekorasi. “Hana, bolehkah aku menempel lukisan ini di dinding luar kelas?”. Tanya gadis itu yang sekelas denganku, Reni. Kulihat lukisan itu. Menggambarkan orang orang yang sedang bergotong royong. “Wah apakah kau yang menggambarnya?”. Tanyaku. Karena gambaran itu sangatlah indah. Dia mengangguk. “Aku yang menggambarnya, sedangkan Lina yang melukisnya”. Ucap Reni. Aku juga dengar dari yang lain kalau Lina itu sering menjuarai lomba mewarnai dan melukis. Dia sangatlah berbakat dari TK.
Kami semua menyapu, mengdekorasi,dan bersih bersih. Rasanya menyenangkan. Setelah semua kerjaan sudah selesai, bibi kantin membawakan kami air minum. “Ah bibi….apakah tak merepotkan?”. Tanyaku khawatir. Bibi kantin hanya tersenyum. “Tidak apa apa. Kalian juga pasti kelelahan setelah bersih bersih”. Ucap bibi itu. Semuanya pun mengambil air minum yang tersedia. Lalu kakak kantin(adiknya bibi kantin) membawa kue serta makanan. Semuanya pun lega dan tidak kelaparan. “Terima kasih bibi dan kakak kantin…”. Ucap semua orang.
KRIIIINGGG!!
Bel pun berbunyi. Kami semua sudah makan dan minum. Lalu semuanya bubar dan kembali ke kelas masing masing. Aku dan Fiona pun masuk kekelas. Pak Budi masih dikelas. “Ok, sebelum kita mengakhiri pelajaran ini, mohon tugasnya dikumpulkan diruang guru. Kalau begitu, mari kita mengucapkan Hamdalah”. Ucap Pak Budi. “Alhamdulillahirabilalamin”. Pak Budi pun keluar kelas.
Saatnya sholat. Tapi bagaimana kami mau sholat kalau baju kami keringatan? Aku berpikir sejenak. Bukannya setiap siswa di Al-Kadih harus membawa baju cadangan. Aku pun bilang yang lain. “Teman teman, mohon ganti baju dulu ya. Kan kita keringatan, bagaimana mau sholat? Nanti sholatnya nggak sah lho”. Ucap ku sambil mengingatkan mereka. Mereka pun mengambil baju cadangan dan mengganti baju itu. Kalau begini, sholatnya akan sah karena tidak bau dan kotor. Setelah mengganti baju, aku dan Fiona menuju ke Masjid disamping sekolah. Saat kami sampai di Masjid, terlihat ada anak anak yang berlari lari didalam Masjid. Aku pun memperingati mereka, tapi mereka tetap tak mau berhenti.
Anak anak itu bukan anak dari sekolah kita. Mereka nakal dan tak mau diam. Aku berusaha menghentikan mereka, tapi mereka terlalu lincah. Lama lama pun mereka berhenti karena kelelahan. Aku tak mau mengejar dan meneriaki mereka. Karena itu perilaku yang tidak sopan di Masjid. Untunglah belum Adzan dan Masjid masih sepi. Aku pun menghampiri sekerumpulan anak anak itu dengan Fiona. Mereka terlihat sedang lelah. Anak anak itu berjumlah 5 orang. 2 laki laki dan 3 perempuan.
“Emm..anak anak”. Panggilku. Semuanya pun menoleh kepadaku. Aku pun ikut duduk disamping mereka. “Lain kali, kalian tidak boleh lari lari di Masjid. Itu perilaku yang tidak baik dalam adab sopan santun”. Ucapku. Mereka hanya diam. “Kalian tidak boleh lari lari, karena dapat mengganggu orang lain dan Allah akan marah”. Ucap Fiona. “J-Jadi..Allah akan marah kepada kami?”. Ucap gadis kecil berkerudung, tapi poni rambutnya kelihatan. “Allah tidak akan marah kalau kalian tidak begitu lagi”. Ucapku sambil membetulkan poninya yang kelihatan.
Mereka pun terdiam lagi. Aku menatap Fiona dengan tatapan bingung. Begitu juga Fiona. “Baiklah. Lain kali kami tidak akan lari lari dan berbuat nakal lagi”. Ucap laki laki berkaca mata dan memakai kopiah kecil. Aku tersenyum. “Oh ya. Kalian sekolah dimana? Dan kalian kelas berapa?”. Tanyaku. “Kami sekolah di SD 23 Melati. Kami kelas 3”. Ucap gadis berkerudung tapi kali ini kerudungnya miring. Fiona pun membetulkan kerudung itu. Kami semuapun berkenalan dan saling cerita sampai waktunya Adzan.
ALLAHUAKBAR! ALLAHUAKBAR!
Sudah waktunya Adzan. Aku dan Fiona berpamitan ke anak anak. Kami pun wudhu ditempat yang telah tersedia untuk wudhu. Kita pun memakai mukenah lalu sholat Dzuhur berjama’ah. Setelah sholat, kita dzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Setelah dzikir dan doa, kami merapikan mukenah dan kembali ke kelas. Saatnya pelajaran Matematika. Dan yang mengajar itu Bu Ina. Kami berkenalan dan mempelajari materi baru. Aku senang dan bersyukur bisa sekolah disini. Sekolah ini memang dikenal sekolah yang baik untuk keagamaan muslim. Fasilitasnya lengkap, lingkungan sekitar juga bersi, dan banyak lagi.
3 Minggu kemudian
Sudah banyak yang kulewati saat kelas 7. Sampai tak terasa sudah 3 minggu sekolah disini. Saat kelasku sedang belajar, tiba tiba saja ada yang mengetuk pintu.
TOK TOK TOK
“Assalamualaikum, maaf sudah mengganggu. Boleh minta waktunya sebentar?”. Ucap seseorang dan sepertinya itu kakak kelas. Bu Mika(guru IPS) pun memperbolehkan. “Ok, Assalamualikum semuanya. Kami disini mau bertanya. Siapa yang ingin ikut osis?”. Tanya kakak kelas. Separuh dari kelasku ingin ikut osis. “Oh Ya, siapa ketua kelas disini?”. Tanya kakak kelas itu. Aku pun mengangkat tangan. “Kalau ketua kelas, harus menjadi anggota MPS”. Lanjut kakak kelas itu. Dari yang kulihat namanya dibaju itu Kak Freya.
“Silahkan daftar nanti dengan kakak. Nanti kalian akan di tes siapa yang menjadi ketua, wakil, behandara, dan seketaris. Ok, Assalamualaikum”. Ucap kak Freya lalu pergi. “Waalaikumsalam”. Fiona terlihat senang. “Apakah kau ikut osis, Fiona?”. Tanyaku. Dia pun mengangguk. “Aku juga ikut osis”. Ucap Dina yang duduknya didepan Fiona. Sepertinya mereka sangat senang.
Beberapa hari kemudian..
Hari dimana penentuan siapa yang lulus osis. Kalau tes osis sudah kemarin. Dan akan diumumkan pada hari Rabu. Ini sudah hari Rabu. Kita hanya tunggu hasilnya. Dan aku lihat kerumunan disitu. Sepertinya itu info osis. Aku pun memanggil Fiona dan yang lain. Dan saat dilihat, yang lulus itu….Dina, Sasha, Rio dan Andi. Rupanya Fiona tak lulus. Mukanya Fiona yang tadi riang sekarang menjadi murung. Fiona kembali masuk kekelas. Aku pun coba menghiburnya.”Tidak apa apa. Ini ujian dari Allah untuk bersabar. Walaupun kau tak bisa, kau bia menjadi anggota osis kok”. Ucapku. Lalu Fiona kembali riang. “Ya…walaupun aku tak bisa. Aku bisa menjadi anggota. Terima kasih Hana”. Ucap Fiona. Aku tersenyum saat dia kembali riang. Karena ini memang tanggung jawabku sebagai temannya. Aku dan Fiona pun mengucap selamat kepada Dina. Dina pun senang dan bersyukur.
1 Bulan kemudian..
Sudah banyak pengalaman mulai dari senang hingga sedih. Membuat kelas menjadi tenang itu memang sudah tanggung jawabku. Fiona sudah menjadi anggota osis. Dina pun menjadi seketaris osis saat voting. Dan ketuanya itu Rio, wakilnya itu Andi, behandaranya itu Sasha. Aku harap mereka bisa menjadi lebih baik.
Dan saat ini, aku sedang berjalan menuju kantin. Tapi saat ditengah jalan, aku melihat seorang lelaki menjatuhkan uangnya. Tapi dia tak sadar dan lari. Aku pun mengambil uang itu. Niatnya aku mau mengembaikan uang ini, tapi aku tak tau siapa dia. Sementara aku simpan dulu uang ini. Akan kuserahkan kepada guru. Siapa tau bisa menanyakan yang lain. Kebetulan ada Bu Yuni lewat. “Bu Yuni”. Sapaku. Lalu Bu Yuni menoleh kepadaku. “Bu, saya menemukan uang orang terjatuh tadi”. Lalu aku menyerahkan uang 20.000,00 kepada Bu Yuni.
“Terima kasih nak. Nanti ibu tanya yang lain ya..”. ucap Bu Yuni lalu pergi. Aku pun lanjut kekantin. Tiba tiba saja aku tak sengaja tertabrak dengan seseorang. “Air minumku!!”. Teriak orang itu karena air minumnya jatuh dan tumpah. “Ah..aku minta maaf ya”. Ucapku. Dan yang kutabrak itu Nana, adik kelas 5 SDI Al-Kadih. Aku kenal dia karena dia pemenang lomba cerpen nasional. “Air minumku… tumpah…”. Ucap Nana lesu. “Aku traktir kau minum aja ya? Sebagai permintaan maaf”. Ucapku. “Apakah boleh?”. Tanya Nana ragu. Aku mengangguk dan tersenyum. “Yey…terima kasih kak”. Ucap Nana. Aku sudah memaklumkan itu. Anak anak suka ditraktir minuman dan makanan. Tapi aku mentraktirnya ikhlas kok. Aku dan Nana pun menuju ke kantin bersama. Aku membelikan Nana susu kotak. Nana terlihat riang. Dia memang anak kecil yang cerdas dan jahil.
Beberapa menit kemudian, Nana sudah kembali kekelasnya. Aku pun dipanggil Bu Yuni untuk ke ruang guru putri. Aku pun menuju ke ruang guru putri. Aku pun mengetuk pintu dan masuk. “Assalamualaikum”. “Waalaikumsalam”. Terlihat Bu Yuni duduk dengan lelaki yang uangnya jatuh. Lalu Bu Yuni menjelaskan kalau ini yang uangnya tadi jatuh. Bernama Bang Vino. “Terima kasih Hana sudah menemukan uangku. Lagipula ini untuk kusumbangkan ke panti asuhan”. Ucap Bang Vino sambil memasukkan uang ke kotak amal. “Alhamdilillah”.
“Tidak apa apa kok bang. Itu memang sudah menjadi tanggung jawab Hana”. Ucapku. Lalu bel pun berbunyi. “Ha..sudah bel. Silahkan kembali ke kelas masing masing”. Ucap Bu Yuni. Aku dan Bang Vino salam Bu Yuni lalu kembali ke kelas. Aku pun masuk kekelas. Tapi aku melihat Felly menangis. Aku pun menghampiri Felly. Aku menanya Nia kenapa dia menangis. “Tadi Felly dan Farsha kelahi karena berebutan ingin sekelompok dengan Naila untuk latihan menari”. Jelas Nia. Saat pelajaran Seni memang disuruh 2 orang 1 kelompok untuk menari. Aku juga tau kalau Naila itu memang teman favorit kelas. Tapi kenapa sampai nangis begini.
“Tadi Farsha membentak ke Felly. Itu yang membuat Felly nangis”. Lanjut Nia. Aku kaget. Semarah itukah Farsha sampai membentak Felly. “Dimana Farsha?”. Tanyaku. “Diluar”. Ucap Sinta. Aku pun keluar dan melihat Farsha yang hanya melihat pemandangan, tapi ekspresinya cemberut. Aku menghampirinya. “Farsha”. Ku panggil dia, tapi dia tak menoleh. Aku pun memegang pundaknya, tapi dia menepis tanganku. “Ah…Hana”. Dia kelihatan ragu.
“Kau menganggap Felly itu apa?”. Ucapku. Alhasil dia kaget dan tidak mau memandangku. “Kalau kau bersahabat dengan Felly, sudah pasti kau akan berkelompok dengannya”. Ucapku tanpa ragu. Dia tetap diam. “Dulu…aku tidak punya teman..tidak ada yang mau berteman denganku…”. Ucap Farsha. Aku bingung dan tetap mendengarkan. “Banyak…hiks..yang bilang aku…hiks aku terlalu…hiks…mementingkan diri sendiri..hiks”. ucap Farsha. Tentu saja aku kaget melihat dia menangis. Aku harus menyelesaikan masalah ini, karena aku ketua kelas. Lagipula guru belum datang. “Farsha, setiap manusia ada kesalahan. Tapi.. setiap kesalahan dapat diperbaiki bagaimanapun caranya. Kita kalau merasa ada yang salah dalam diri kita, kita harus memperbaiki itu. Masalah akan lebih cepat selesai kalau minta maaf”. Ucapku sambil menenanginya.Farsha terdiam dan menatapku. “Mungkin mereka benar, aku terlalu egois. Aku terlalu mementingkan diri sendiri. Aku akan minta maaf ke Fally. Ini memang sudah menjadi tanggung jawabku”. Ucap Farsha Lalu dia masuk ke kelas. Farsha pun menghampiri Felly dan meminta maaf. Felly pun memaafkan Farsha. “Lebih enak damai daripada kelahi terus”. Ucap Fiona. Aku dan yang lain pun setuju. Lalu Bu Weni datang kekelas. Semuanya pun kembali ketempat duduk masing masing.
Setiap perbuatan kita yang salah, kita harus tanggung jawab. Ada banyak tanggung jawab yang harus kita tanggung. Mulai dari tanggung jawab terhadap Tuhan, tanggung jawab terhadap orang lain, tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan lain lain. Seperti aku yang menjadi ketua kelas, harus tanggung jawab agar kelas tidak ribut dan nyaman. Lalu ada tanggung jawab kita semua disekolah, yaitu menjaga kebersihan lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Dan ada tanggung jawab orang lain, seperti tidak sengaja menjatuhkan dan merusak barang orang lain. Maka kita harus minta maaf dan tanggung jawab.
Contoh tanggung jawab disekolah yaitu jika kita menemukan uang yang bukan milik kita, maka kita harus mengembalikkan kepadanya atau titip dengan guru. Di kehidupan harus ada tanggung jawab. Entah dimanapun dan kapanpun. Tanggung jawab itu sangat penting dalam kehidupan jika ada masalah. Aku sebagai ketua kelas bertanggung jawab untuk membuat kelas tetap nyaman dan aman, begitu juga dengan wakil. Dan Osis harus bertanggung jawab untuk menjaga sekolah dari perbuatan buruk. Jika kita melakukan tanggungjawab, semuanya akan selesai.
Tanggung jawab adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh setiap inidvidu yang bedasarkan atas kewajiban maupun panggilan hati seseorang, yaitu sikap yang menunjukan bahwa seseorang tersebut memiliki sifat kepedulian dan kejujuran yang sangat tinggi. Timbulnya tanggung jawab itu karena bermasyarakat dengan yang lainnya dan hidup bersama dilingkungan alam.
Inilah cerita tentang Sekolahku TanggungJawabku. Semoga bermanfaat dan dapat dimengerti. Artikel ini bercerita supaya lebih gampang dipahami contoh dari tanggung jawab disekolah. Mohon maaf sebesarnya jika ada kesalahan.
Wassalamualaikum Wr.Wb