Mendesain Pembelajaran PAI Tetap Menarik di Tengah Pandemi

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Sumber foto: RCTV_PJJ SMP Kelas 8

Oleh : Wiwin Widyawati CN., S.Pd.I

(Guru PAI SMPN 1 Gucialit Lumajang Jawa Timur)


Sampai artikel ini selesai ditulis, kecenderungan eskalasi pandemi Covid-19 belum betul-betul mereda. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada masing-masing levelnya masih dijalankan di hampir seluruh daerah dengan tekanan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatan pembelajaran di banyak lembaga pendidikan masih dilakukan dengan pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online seratus persen. Suasana psikologis antara guru dan siswa belum stay tune dalam frekuensi gelombang yang seirama.

Dalam situasi yang demikian, peran strategis guru dalam upaya menjaga proses transmisi peradaban generasi bangsa ke depan melalui pendidikan, yang tetap berjalan secara stabil dalam kondisi pandemik, terang tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, langkah cerdas guru, termasuk juga guru pendidikan agama Islam (PAI), dalam mendesain pembelajaran akan selalu ditunggu oleh masyarakat dengan penuh cita dan harapan positif.

Mendesain pembelajaran PAI agar tetap menarik di mata siswa saat pandemi Covid-19 belum melandai sampai hari ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru PAI. Lebih dari itu, stigmatisasi bahwa PAI sebagai mata pelajaran komplementer di antara mata pelajaran lainnya saatnya harus didekonstruksi secara cerdas dan elegan. Untuk merubah paradigma tersebut, lantas apa yang seharusnya dilakukan oleh guru PAI, agar di satu sisi kesinambungan keberagamaan siswa dalam domain afektif, kognitif, dan psikomotorik tetap terjaga dengan baik dan kemudian di sisi yang lain stigmatisasi bahwa PAI hanya sebagai mata pelajaran komplemeter terbantahkan? Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh guru PAI sebagai upaya untuk memberi jawaban atas persoalan di atas.

Pertama, memaksimalkan model pembelajaran berbasis e-learning. Model pembelajaran e-learning sudah sangat familiar di telinga civitas pendidikan. Dulu sebelum situasi seperti saat ini, peminat model pembelajaran ini sangat sedikit sekali, bahkan sangat jarang, di Indonesia. Meskipun demikian, di negara maju model e-learning sudah diterapkan secara massif karena dianggap sangat efektif dan efesien dalam pembelajaran jarak jauh atau online.

E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat elektronik. Istilah e-learning dapat pula didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di dunia pendidikan dalam bentuk dunia maya. Namun, istilah e-laerning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah trasnformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. Berbagai platform e-learning yang bisa diakses oleh guru PAI dalam menyampaikan pembejaran kepada siswa-siswanya diantaranya adalah; google form, google classroom, google meet, google sites, dan aplikasi lain besutan dari google.

Dalam menerapkan platform e-learning, terdapat pendekatan topik (theme centered approach) dan pendekatan software (software centered approach) yang dapat dilakukan oleh guru PAI. Pendekatan topik (theme centered approach) dilakukan dengan upaya menentukan topik, menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sementara itu, pendekatan software (software centered approach dimulai dengan mengidentifikasi teknologi informasi. Pada langkah selanjutnya, guru PAI merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk suatu topik pembelajaran tertentu.

Kedua, guru PAI harus peka dalam melihat keterbatasan siswa dalam mengakses platform digital sebagaimana disebutkan di atas. Karena tidak semua kapasitas ekonomi orang tua siswa bisa mengikuti irama biaya yang dikeluarkan dengan penggunaan platform tersebut, maka strategi yang lebih humanis harus tetap menjadi opsi alternatif bagi guru PAI agar pembelajaran tetap dirasakan oleh siswa yang hidup dalam keluarga kurang beruntung. Karena itu, skema perpaduan antara pembelajaran berbasis e-learning dengan pembelajaran manual menjadi penting untuk tetap dilakukan. Ikhtiar seperti itu dalam istilah pembelajaran kemudian disebut dengan “blended learning”.

Agar blended learning juga dapat berjalan seperti yang diangankan, maka guru PAI harus selalu mengedepankan spirit mengajar dibandingkan dengan spirit mendidik. Kalau dalam konteks pembelajaran berbasis e-learning proses pembelajaran lebih berorientasi pada transfer of knowledge semata, maka ketika proses pembelajaran dengan skema blended learning dijalankan, guru PAI harus lebih mengedepankan transfer of values kepada siswa atau peserta didik.

Ketiga, supaya PAI sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah tetap menjadi komponen pelajaran yang menarik, kontekstual, dan relevan, maka guru PAI eloknya perlu menimbang beberapa prinsip dasar dalam setiap melaksanakan proses pembelajaran di tengah masa pandemic Covid-19 ini .

Pertama, mendorong sikap hidup yang positif. Artinya, bahwa pembelajaran PAI yang dilakukan selama masa pandemik itu memiliki dorongan positif terhadap sikap dan perilaku untuk terus berbuat dan bertindak dengan dasar nilai dan ajaran Islam. Kondisi keputusasaan di tengah berbagai kesulitan seyogyanya tetap direspons dengan pandangan dan harapan baik ke depan. Nilai dan ajaran Islam menekankan bahwa selalu ada hikmah dan kesempatan di balik kesulitan.

Kedua, realistis. Artinya, selama proses pembelajaran PAI berlangsung, guru PAI bisa memastikan bahwa antara apa yang diajarkan dalam materi itu sesuai dengan situasi nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Ketiga, tidak membebani. Artinya, supaya siswa tetap terjaga semangatnya dalam mengikuti proses pembelajaran PAI dengan joyful, maka guru PAI jangan menciptakan pembelajaran dengan banyak mengguyurkan tugas yang bejibun ke siswa.

Keempat, memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Artinya, apa yang telah diikuti oleh siswa dalam proses pembelajaran PAI memberikan kesan dan dampak terhadap perubahan, tidak hanya pada meningkatnya kompetensi kognitif, tetap juga sekaligus mampu memperindah akhlak dan menyempurnakan aspek praktik aktifitas rutin dalam beribadah. (SM)


Editor:


Dr. Biltizer Bachtiar, Lc, MA (Pengembang Teknologi Pembelajaran Direktorat PAI Kemenag)


Penyiap bahan:


Sulaiman, S.Pd.I




Terkait