(Best practise inovasi pembelajaran PAI dan pengenalan aplikasi epaisman1cijeruk)
Oleh : Sudarjat, M.Pd
Guru PAI SMAN 1 Cijeruk dan Instruktur Nasional Kurikulum PAI Kementerian Agama RI (kangajat25@gmail.com)
Pendidikan Agama adalah fondasi pembentukan karakter pelajar dengan dasar keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Meski kerap mendapat sorotan sebagai pihak yang patut disudutkan saat terjadi penilaian degradasi moralitas anak bangsa, pada atribusi dan posisi strategisnya, pendidikan agama berada di garis terdepan dalam pembentukan karakter anak bangsa secara umum.
Dalam kaitan demikian, regulasi pemerintah mengenai hal terkait menegaskan makna dan peran penting pendidikan agama tersebut. Beragam regulasi tersebut menunjukkan dengan jelas pentingnya keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia di mana pendidikan agama, sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, menjadi sangat krusial perannya.
Tatkala membaca Undang-Undang Dasar 1945, pada Pasal 31 ayat (3) terdapat amanat pada pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Lebih lanjut, pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pesan dasar regulasi ini jelas menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia berfungsi mengembangkan potensi peserta didik agar terbentuk 10 karakter manusia Indonesia.
Regulasi lainnya adalah Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Regulasi ini mengatur tentang tata kelola pendidikan agama dan pendidikan keagamaan di Indonesia. Dari regulasi ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pendidikan yang merupakan ciri kehidupan bangsa yang cerdas adalah keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.
Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan pasal 2 ayat (2) menyebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Namun demikian, upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut jelas memerlukan inovasi-inovasi pembelajaran, termasuk dalam pendidikan agama. Dalam konteks kekinian, inovasi tersebut terkait erat dengan perkembangan teknologi yang demikian cepat. Dengan kata lain, ragam upaya inovatif sangat berkorelasi dengan upaya menyikapi kemajuan dan dinamika teknlogi informasi. Percepatan tersebut ditunjukkan oleh beberapa rilis dari lembaga riset maupun pemerintah.
Data Pemakaian Perangkat Seluler.
Rilis DataReportal menyebutkan bahwa jumlah perangkat seluler yang terkoneksi di Indonesia pada Januari 2022 berjumlah 370,1 juta. Jumlah ini meningkat 3,6 % atau sekitar 13 juta perangkat pada periode yang sama di tahun 2021. Selain itu, DataReportal juga menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022 telah mencapai 204,7 juta orang.
Dalam hal usia pengguna, Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia melansir data pada tahun 2014 saja, pengguna internet usia anak-anak sudah mencapai 30 juta orang. Data lain dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyebutkan bahwa penetrasi internet pada tahun 2021-2022 mencapai 77,02% dalam laporan “Profil Pengguna Internet 2022”. Selain itu APPJI juga menyebutkan bahwa penetrasi tertinggi itu sebesar 99,16% berada pada usia 13-18 tahun.
Secara lokal, penulis melakukan survey kepemilikan HP dan penggunaan internet oleh peserta didik di SMA Negeri 1 Cijeruk. Hasilnya menunjukkan bahwa 98 % peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk memiliki Smartphone. Dan 100 % peserta didik yang memiliki samrtphone menggunakan internet. Data lainnya menunjukkan bahwa hanya 12,5 % peserta didik yang menggunakan smartphonenya untuk aktifitas belajar ketika ditanya aktivitas apa yang paling sering anda lakukan saat menggunakan HP?.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan yang perlu disikapi oleh dunia pendidikan. Keterikatan peserta didik usia SMA dengan gawainya sudah merupakan sebuah keniscayaan pada zaman ini. Hal ini tentu akan mengakibatkan dampak yang tidak baik kepada mereka jika orang dewasa tidak segera menyesuaikan pola pendidikan mereka disesuaikan dengan zamannya.
Permasalahan utama yang ditemukan adalah tingginya penggunaan handphone oleh peserta didik tetapi tidak diiringi dengan kemampuan untuk mengendalikan penggunaan alat tersebut. Dari survey penulis kepada peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk, diperolah data bahwa 75,4% peserta didik lebih memanfaatkan HP mereka hanya untuk bersosial media dan 10,2% menggunakannya untuk bermain games. Kondisi ini ditambah dengan kurangnya guru memanfaatkan HP peserta didik untuk kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pendidikan nasional, perlu dilakukan inovasi-inovasi pembelajaran dengan pendekatan penggunaan HP. Salah satunya adalah sebuah inovasi yang sedang diujicobakan oleh penulis kepada peserta didik SMA Negeri 1 Cijeruk. Inovasi tersebut adalah aplikasi pembelajaran berbasis website untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dijuluki epaisman1cijeruk dan dapat diakses melalui https://s.id/epaisman1cijeruk.
Apa itu epaisman1cijeruk?
Epaisman1cijeruk adalah sebuah aplikasi pembelajaran pendidikan agama Islam tingkat SMA berbasis web yang dapat diakses melalui media HP. Aplikasi ini didesain berbasis google.site dan menggunakan pendekatan learning management system.
Terdapat beberapa menu dalam epaisman1cijeruk, antara lain Profil (berisi profil, profil guru pengelola, dan daftar epai), nanya dong pak (laman untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam bertanya), dan Etalase (fitur etalase merupakan laman yang memuat karya-karya terbaik peserta didik di bidang Pendidikan Agama Islam).
Selain fitur-fitur tersebut, terdapat pula fitur menarik lainnya, semisal Fitur Buku Sumber, Fitur Mimpiku (merupakan laman untuk mengumpulkan karya yang menunjukkan cita-cita siswa), menu Pembelajaran (menu ini terdiri dari video pembelajaran, modul ajar, modul project, kuis, dan refleksi pembelajaran).
Di samping fitur dan menu tersebut, terdapat pula menu info nilai dan belajar membaca Al Qur'an. Menu info merupakan fitur yang mengarahkan peserta didik dan orang tua secara aktif memantau kemajuan belajar peserta didik pada setiap capaian pembelajaran. Pada laman ini akan ditampilkan capaian pembelajaran peserta didik per kelas, sehingga peserta didik dapat mengetahui secara langsung berapa tabungan nilai yang sudah mereka peroleh selama pembelajaran.
Sementara itu, fitur belajar membaca Al Qur'an adalah fitur yang dikhususkan untuk peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran dan malu untuk belajar membaca Al-Quran jika secara tatap muka. Di menu ini, peserta didik dapat belajar membaca Al-Quran secara mandiri, kemudian melaporkan progressnya kepada guru saat di sekolah.
Bagaimana respon peserta didik terhadap epaisman1cijeruk?
Dari hasil refleksi pembelajaran pada setiap pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut:
Ketika ditanya “Seberapa mudah belajar melalui aplikasi epaisman1cijeruk?”, diperoleh nilai rata-rata kepuasan sebesar 7,86 pada rentang 1 – 10. Nilai ini tergolong dalam kategori baik. Kemudian untuk pertanyaan “Seberapa membantu epaisman1cijeruk dalam meningkatkan kemampuan kalian?”, diperoleh nilai rata-rata 7,90 pada rentang 1 – 10.
Lalu untuk pertanyaan “Seberapa jelas materi ajar di epaisman1cijeruk dapat dipahami oleh kalian?”, diperoleh nilai rata-rata kepuasan sebesar 7,77 pada rentang 1 – 10. Dan untuk pertanyaan “Bagaimana perasaanmu saat mengikuti pembelajaran?” diperoleh data 59 orang menyatakan bahagia, 16 orang tertantang, 2 orang mengantuk dan 2 orang yang bosan dari 79 responden yang telah mengisi refleksi pembelajaran.
Hal lainnya, dengan bantuan epaisman1cijeruk, peran tatap muka di kelas menjadi tempat untuk refleksi, konfirmasi dan penguatan kepada peserta didik. Mereka dilatih untuk mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari di epaisman1cijeruk, memperdalam materi dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang menjadi bahan diskusi serta penguatan dari guru mata pelajaran dalam rangka menanamkan sikap-sikap hidup yang didasari oleh penguatan profil pelajar pancasila.
Epilog
Berdasar pada respon peserta didik terhadap epaisman1cijeruk, maka dapat disimpulkan bahwa epaisman1cijeruk dapat menjadi solusi peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dengan beberapa alasan; Pertama, epaisman1cijeruk dapat dibangun di dalam sistem yang tidak membutuhkan dana (berbasis google free); kedua, peserta didik dapat mengakses pembelajaran kapan saja dan dimana saja; ketiga, peserta didik dapat mempelajari capaian pembelajaran mana saja yang ingin mereka kuasai lebih dahulu; keempat, peserta didik dan orang tua dapat dengan mudah memantau proses pencapaian pembelajaran; kelima, kegiatan tatap muka di kelas menjadi lebih hidup karena berbasis refleksi dan penguatan bagi peserta didik.
Editor: Saiful Maarif