Refleksi Hari Pers Nasional bagi Pendidikan Agama Islam

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Syaekudin, Pelatih Nasional PPKB GPAI, Ketua MGMP PAI SMP Jawa Tengah

Pada setiap tanggal 9 Februari, Hari Pers Nasional diperingati secara nasional, sekaligus sebagai penanda lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hari Pers Nasional (HPN) secara legal formal dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1985 tentang Hari Pers Nasional.

HPN tahun 2023 ini hendaknya menjadi momentum bagi insan pers dalam menyuarakan dan menyiarkan kebenaran kepada masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya, terutama dalam menyongsong tahun politik mendatang. Itulah salah satu alasan yang melatari tema Hari Pers Nasional tahun 2023. Temanya sendiri adalah "Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat".

Dengan tema tersebut, semangat yang membayangi adalah bagaimana pers bertindak dan berlaku dengan menjunjung keadaban publik dan nilai-nilai demokrasi itu sendiri. Dalam semangat ini, implisit terdapat keniscayaan tugas pers untuk turut serta membangun nilai edukatif bagi publik, di dalamnya konteks dunia pendidikan jelas menjadi bagian penting yang menyertai.

Pasalnya, pers memiliki peran dan peluang-peluang penting dalam turut serta menyampaikan berbagai hal terkait pendidikan. Dengan kuasa distribusi informasi yang dimilikinya, pers dapat bergerak dari dalam maupun luar ranah pendidikan itu sendiri dalam menyebarkan informasi yang diperlukan publik.

Dengan penyebaran informasi dari berbagai arah dalam dunia pendidikan, memberi penerangan informasi yang baik, dan kritik yang membangun, Pers dapat mendorong tumbuhnya pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, pers memiliki keterkaitan yang erat dengan dunia Pendidikan, termasuk tentu saja Pendidikan Agama Islam.

Lalu, apa makna HPN ini bagi insan Pendidikan Agama Islam (PAI)? Adakah kontribusi pers bagi PAI? Lebih jauh, apa harapan yang ingin diwujudkan oleh guru PAI dalam dunia pers yang sehat?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi hal yang sangat relevan untuk dikemukakan, mengingat Pendidikan Agama Islam adalah dan terkait dengan entitas, statistik, dan urgensi yang terkait dengan 40an juta siswa pada sekolah dan 8 juta mahasiwa pada Perguruan Tinggi Umum.

Peran Strategis PAI

PAI sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum sekolah umum (baca: TK, SD, SMP, SMA, SMK) mempunyai peran strategis dalam rangka membentuk karakter murid. Keberadaan PAI di sekolah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Merujuk pada filosofi dan tujuan dasar pengembangan pendidikan nasional, tujuan utama pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. Dari tujuan ini terlihat bahwa keberadaan PAI menjadi sangat penting. Dalam ungkapan Platonis, inilah summum bonum pendidikan nasional, bukan minus malum.

Jika ditilik lebih dekat, yang paling mudah dilihat pada wajah PAI di sekolah tentu adalah peran guru PAI di sekolah. Sejauh mana PAI berperan dalam ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara langsung merupakan tanggung jawab guru PAI.

Sayangnya, yang kita lihat atau baca di media (pers) lebih banyak mengekspos sisi-sisi negatif yang dilakukan oleh oknum guru PAI. Mudah kita temukan pemberitaan tentang rendahnya mutu GPAI, kualitas PAI yang belum signifikan, hingga anasir potensi radikalisme di dalamnya. Tanpa mengabaikan indikasi dan sinyalemen hal-hal negatif tersebut, pers perlu lebih jernih dan berimbang dalam membangun pemberitaan PAI, di antaranya dengan mengangkat sisi positif dan capaian inovatif pada lingkup PAI.

Sangat jarang kita membaca atau melihat di media tentang pemberitaan terkait prestasi yang diperoleh oleh guru PAI atau inovasi-inovasi yang dilakukan oleh guru PAI dalam rangka ikut mewujudkan cita-cita dan tujuan akhir pendidkan nasional tersebut. Pada titik ini, kita melihat pers mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengekspos pemberitaan PAI sebagai salah satu media edukasi bagi masyarakat.

Di sisi lain, sejauh ini kontribusi pers terhadap PAI masih belum sesuai yang diharapkan. Mestinya pers mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya menjadi corong informasi sekaligus edukasi bagi insan PAI, utamanya murid dan guru PAI. Banyak kegiatan-kegiatan murid dan guru PAI yang luput dari pemberitaan pers.

Secara umum, pers lebih suka mengangkat berita-berita negatif terkait PAI ketimbang memberitakan prestasi dan inovasi yang dilakukan oleh murid dan guru PAI. Faktanya, bukankan dari jutaan jumlah murid dari semua jenjang pendidikan di Indonesia didominasi oleh murid PAI? Dengan sendirinya, mengabaikan kesadaran informatif entitas sebesar ini adalah juga kesalahan yang tidak kecil untuk bisa dipahami.

Selain itu, keberadaan pers yang bebas dan bertanggung jawab atau dengan istilah lain pers yang sehat diharapkan mampu menjadi mitra guru PAI dalam ikut menyuarakan aspirasi dan informasi terkait kemajuan PAI. Salah satu harapan yang paling kongkrit dari guru PAI terhadap pers adalah dengan meminimalisir konten-konten berita yang bisa memicu timbulnya pengaruh buruk bagi murid PAI, seperti konten tentang pronografi, kekerasan, dan perilaku kriminal lainnya.

Pers diharapkan menjadi mitra guru PAI dalam memberikan layanan dan pemberitaan yang edukatif bagi masyarakat, terutama siswa PAI. Pers yang sehat akan memberikan inspirasi positif bagi orang tua dan murid PAI dalam mengembangkan karakter dan kepribadiannya. Pers juga diharapkan mampu menjadi kontrol bagi guru PAI dalam sepak terjangnya dalam dunia pendidikan sekaligus menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi diri menuju terwujudnya PAI yang bermutu tinggi.

Selamat Ulang Tahun Pers Nasional, "Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat".

Editor: Saiful Maarif



Terkait