(Paparan Project–Based Activity Pelajar Pancasila SMPN 2 Garut)
Oleh: Epon Maptuhah, M.Ag (GPAI SMPN 2 Garut)
Pengantar
Perundungan atau Bullying bisa terjadi dimana saja. Bisa di dunia nyata atau di dunia maya. Obyek penderita perundungan biasanya adalah mereka yang memiliki kekurangan; baik fisik, ekonomi, maupun status sosial.
Penyebab terjadinya bullying bermacam-macam, yang seharusnya juga disadari oleh orang tua. Berikut penyebab terjadinya bullying yang penulis himpun dari berbagai literatur:
1. Pernah Jadi Korban Kekerasan di Rumah
Terjadinya bullying bisa disebabkan karena pelaku pernah menjadi korban kekerasan di rumah. Jika seorang anak menyaksikan perkelahian orang tuanya, dan mendapatkan perilaku kekerasan oleh orang tuanya, maka anak akan berisiko melakukan bullying kepada temannya di sekolah.
2. Tidak Percaya Diri
Seorang anak bisa melakukan bullying jika ia tidak percaya dengan dirinya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada di dalam dirinya, sehingga bullying akan terjadi untuk menindas teman di sekolah yang memiliki kelebihan, namun kelebihan tersebut tidak dimiliki pelaku bullying.
3. Terlalu Dibebaskan Orang Tua
Ada sebagian orang yang terlalu bebas mendidik anaknya, dan selalu mengizinkan anaknya melakukan segala hal yang membuatnya senang. Perilaku orang tua ini disebut dengan pola asuh permisif. Anak akan merasa bebas melakukan apapun tanpa merasa bersalah.
4. Ingin Menjadi Populer
Sering kali di sekolah terjadi kesenjangan sosial, yang menyebabkan seorang anak ingin terlihat lebih populer daripada siswa lainnya. Dengan melakukan bullying, anak tersebut akan dikenal semua siswa di sekolah tersebut, sehingga keinginannya untuk menjadi populer dan berkuasa akan terpenuhi.
Sekolah sejatinya menjadi tempat paling aman dan nyaman dalam menggapai cita-cita, tapi nyatanya Bullying banyak terjadi. Tindakan yang berdampak besar ke mental ini di sekolah bisa berupa tindakan penindasan, kekerasan, ancaman atau paksaan terhadap siswa lain yang menyebabkan korbannya jadi malas, takut dan selalu terintimidasi di sekolah.
Seorang anak yang menjadi korban bullying, biasanya akan mengalami trauma dan takut bertemu dengan teman-teman di sekolah. Pada gilirannya, anak korban bullying bisa menjadi malas berangkat ke sekolah dan akhirnya menarik diri dari pergaulan.
Dari hal tersebut, kami di SMPN 2 Garut mengembangkan kegiatan untuk riset sederhana dengan tema bullying. Kami menjalankannya melalui mekanisme project-based activity phase 2 di kelas VII, dengan tema “Bangunlah Jiwa dan Raganya”
Saya menitikberatkan akhlak kepada sesama yang merupakan Sub elemen 2, lebih khusus lagi mencegah terjadinya bullying di sekolah sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai akhlak sosial.
Tulisan berikut lebih berupa paparan Project–Based Activity Pelajar Pancasila SMPN 2 Garut (project 2) dalam konteks bullying, bukan penjelasan utuh mengenai tema terkait dari sudut riset dan penjelasan akademik. Diharapkan, terdapat praktik baik (best practices) terkait tema sebagai bahan diskusi dan inspirasi bersama.
I. Ide Inovasi dan kebermanfaatan
Bullying menjadi isu yang mengemuka akhir-akhir ini walaupun prakteknya sudah terjadi sekian lama. Seperti yang kita ketahui, tindakan bullying sangat berdampak terhadap mental seseorang dan berakibat fatal. Banyak korban bullying yang bahkan berakhir dengan bunuh diri.
Maka, menurut saya, penting sekali para siswa dibekali pemahaman yang benar tentang bagaimana cara bergaul, berinteraksi, dan bersosialisasi yang baik sehingga terhindar dari tindakan perundungan.
Agama Islam mengajarkan bahwa semua manusia di hadapan Tuhan adalah sama, apapun latar belakangnya, baik sosial, ekonomi, warna kulit, suku bangsa, budaya, dan adat istiadat. Sebagaimana keterangan yang tercantum dalam QS.Al-Hujurat:11, yang membedakan mereka hanyalah ketakwaannya. Ketakwaan berkaitan erat dengan ketaatan pada perintah Tuhan dan akhlak mulia pada sesama.
Sementara itu, dewasa ini, instagram adalah salah satu media sosial yang digandrungi kaum milenial karena bisa memuat foto, video, musik dan segala aktivitas sehari-hari hingga promosi jualan online dengan tampilan dan fitur yang beragam dan menarik. Menurut saya akan menjadi sangat efektif dan efisien apabila kampanye pencegahan perundungan dilakukan di aplikasi tersebut.
Para siswa diarahkan untuk memberi motivasi dan dukungan dengan kata-kata positif lewat Instagram. Hal demikian dapat dilakukan dengan melalui kolom komentar atau direct Massage (DM) akun temannya atau orang-orang yang memiliki “kekurangan” baik secara fisik, status sosial maupun ekonomi.
Tindakan tersebut dapat juga disampaikan kepada mereka yang dalam kondisi kurang beruntung, misalnya sakit parah, disabilitas atau tanpa orang tua serta memiliki keterbatasan secara fisik atau ekonomi tetapi memiliki semangat yang luar biasa.
Kata-kata sederhana tetapi tulus dituliskan akan memberi semangat bagi orang yang bisa jadi sedang membutuhkan dukungan, sedang dalam keadaan terpuruk atau dalam kondisi biasa-biasapun kata-kata positif tersebut tetap akan memberi rasa bahagia.
Tidak ada yang sia-sia dari rangkaian kata-kata yang “bernyawa”. Misalnya, “Kamu adalah orang baik, tetaplah semangat menjalani hidup, Allah SWT sayang sama kamu”.
Menebarkan kebaikan dengan apapun sarananya akan memberi manfaat yang besar bukan hanya untuk orang lain tetapi juga untuk diri kita sendiri. Karena Sejatinya kebaikan yang kita berikan kepada orang lain akan kembali lagi kepada kita.
II. Perencanaan dan Implementasi
Kegiatan projek 2 ini dimulai dari pemberian assessment diagnostic kepada siswa kelas VII untuk mengetahui materi apa yang mereka butuhkan. Materi Akhlak kepada sesama manusia menjadi materi yang paling signifikan dalam mencegah perundungan.
Setelah materi disiapkan, kemudian tim membuat Modul ajar projek ini. Materi dibuat dalam bentuk Power point. Disiapkan juga Lembar kerja (LK), Lembar refleksi untuk di akhir pertemuan dan lembar observasi untuk penilian proses pembelajaran. Setiap kelas dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok dipilih ketua kelompoknya dan setiap kelas terdiri dari dua orang pendamping dan satu orang fasilitator.
Kegiatan projek 2 ini dilaksanakan selama 6 hari dan berakhir dengan perayaan projek yang merupakan unjuk kreativitas masing-masing kelas, serta stand-stand hasil karya siswa yang berkaitan dengan projek ini dan semuanya mengarah kepada satu isu yaitu Cegah Bullying. Stand tersebut berupa puisi, quotes, poster baik digital maupuan manual, short movie, dan sebagainya.
Semua karya siswa dan LK serta penilaian dan refleksi diupload di Google site yang sudah dibuat oleh siswa dan dibimbing guru TIK. Sedangkan kata-kata positif yang memberi semangat dan motivasi di instagram, hal itu juga merupkan bentuk aksi dari projek 2 ini dan tidak berakhir di perayaan karena kebaikan harus terus disebarluaskan agar semakin banyak orang yang merasakan dampak positifnya.
III. Hambatan dan Solusi
Di setiap program yang dilaksanakan selalu ada hambatan yang dihadapi. Tidak terkecuali projek Pelajar Pancasila Sub elemen akhlak kepada sesama manusia ini. Hambatan tersebut adalah:
1. Sulit berkoordinasi dengan siswa karena PTM.
Proses belajar mengajar (PBM) di sekolah belum normal 100% akibat covid-19 gelombang tiga di Garut yang kembali meningkat. PBM dilaksanakan per sesi. Sebagian Tatap muka sebagian lagi belajar daring di rumah masing-masing. Hal tersebut membuat koordinasi sebelum pelaksanaan kegitan projek dengan para siswa terhambat.
2. Pemahaman tentang Projek Pelajar Pancasila yang masih parsial sehingga tim terkesan memiliki pendapat masing-masing. Sehingga saya sebagai guru PAI “menerjemahkan” projek 2 ini berkaitan dengan akhlak kepada sesama manusia, mengerucutkannya kepada pencegahan perundungan berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam (Alqiran Surat Al-Hujurat:11)
3. Khusus berkaitan dengan “aksi” menuliskan kata-kata positif di Instagram, tidak semua anak memiliki akun instagram
4. Para siswa masih kebingungan memilih kata yang pas, menyesuaikan dengan postingan akun yang menjadi “sasaran aksi”
5. Khawatir disangka bertujuan buruk karena tidak kenal atau sekedar ngonten ketika berkomentar di kolom komentar “sasaran”.
6. Ketersediaan kuota, karena instagram memiliki fasilitas penyedia foto dan video notebene memerlukan kuota yang memadai
Kami percaya di setiap hambatan, halangan dan rintangan pasti ada solusinya. Hambatan-hambatan yang disebutkan di atas sambil bergerak ditemukan juga solusinya. Untuk kepemilikian akun instagram bisa langsung dibuat setelah pemberian materi. Adapun kata-kata positif diberi contoh dulu beberapa tetapi kemudian akan mengalir dengan sendirinya, intinya tidak harus indah yang penting tulus dan positif kata-katanya.
Solusi untuk kekhawatiran disangka bertujuan negatif, maka berilah komentar positif untuk akun yang dikenal terlebih dahulu. Misalnya ke gurunya, saudaranya atau temannya. Untuk kuota, postingan bisa diatur tidak harus setiap hari bisa seminggu sekali ke akun yang berbeda-beda dengan kalimat yang berbeda-beda pula tetapi dengan semangat yang sama. Ke depannya bisa sering lagi dan menjangkau banyak orang.
IV. Keberlanjutan
Kita percaya bahwa kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain, akan kembali kepada kita. Maka menuliskan kata-kata positif di postingan orang lain di instagram bisa jadi bentuk jariyah kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir bahkan ketika seseorang sudah meninggal.
Seseorang dalam kondisi terpuruk karena banyak masalah yang dia hadapi, kemudian mampir di kolom komentar orang yang memberi semangat hidup, bisa jadi komentar itu yang menyelamatkan hidupnya, karena dengan pesan positif menumbuhkan harapan.
Akhirnya, mulai dari postingan, komentar positif, dan kebaikan itu akan menyebar bagai virus sehingga banyak orang yang berfikir positif. Tidak ada lagi yang merasa tidak memiliki teman, tidak diperhatikan, tersingkir dari pergaulan, selalu menjadi obyek penderita, dan terbully.
Berharap gerakan ini semakin banyak yang melakukannya sehingga dunia maya terhiasi dengan kata-kata manis yang membuat orang-orang semangat menjalani hidup, kitapun yang menuliskannya merasakan kebahagiaan itu.
Walaupun pembulian akan tetap ada sepanjang umur dunia, setidaknya anak didik kita tidak ambil bagian dalam pembulian tersebut.
Editor: Saiful Maarif