Oleh: Emi Indra (Guru PAI SMPN 1 Palu)
Sudah menjadi rahasia umum, membaca merupakan aktivitas yang memiliki banyak manfaat, namun masih banyak di antara kita yang malas melakukannya, padahal buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Dengan banyak membaca maka ilmu pengetahuan yang kita miliki pun akan semakin bertambah. Kita dapat mengetahui banyak hal di dunia. Tak heran jika membaca kerap disebut selayaknya upaya membuka jendela dunia.
Aktivitas sehari-hari para tokoh dunia tidak lepas dari kebiasaan membaca. Oprah Winfrey, misalnya, terbiasa membaca 1 minggu 1 buku. Bill Gates, konon melahap 50 buku dalam 1 bulan. Elon Musk, pendiri Tesla, mempergunakan 10 jam dalam setiap harinya untuk dipergunakan membaca buku. Sementara itu, Sukarno, Bapak Proklamator, memiliki kebiasaan yang cukup unik dengan menempatkan, menyimpan, dan membaca buku di mobil, tas, hingga toilet.
Novelis JS. Khairen di Channel Youtubenya menyampaikan, minimal dalam sebulan kita wajib membaca 2 buku. 1 buku fiksi dan 1 buku non fiksi. Buku fiksi untuk konsumsi hati dan buku non fiksi untuk konsumsi otak.
Membaca dapat dianalogikan seperti menuang air dari cerek. Jika isi cerek adalah susu maka yang keluar susu. Jika cerek isinya kopi, maka yang keluar adalah kopi. Sama halnya ketika kita berbicara. Apa yang keluar dari mulut adalah hasil bacaan yang selama ini kita konsumsi. Terlebih jika ingin menjadi penulis, membaca merupakan amunisi dalam mengembangkan paragraf-paragraf.
Lalu pertanyaannya sekarang, berapa buku yang kita baca dalam seminggu? Sebulan? Atau aktivitas membaca jangan-jangan hanya dijadikan sebagai pengantar tidur. Dalam beberapa hal, saya juga menjalani hal demikian. Jika pada momen menjelang tidur saya merasa susah mengantuk, maka saya segera mengambil buku untuk dibaca. Awalnya saya akan menikmati baris-baris kalimat yang ada, namun seringnya tidak bisa bertahan lama. Baru 2 halaman buku terbaca, rasa ngantuk tidak tertahankan. Akhirnya pesan dalam buku tidak tersampaikan. Hal demikian memantik keinginan tahu saya untuk melihat motivasi dan beragam hal terkait membaca.
Pada suatu ketika, saya pernah mewawancarai salah satu siswa SMP 1 Palu yang setiap hari membaca buku saat menunggu guru masuk di kelas ketika jam istirahat atau saat senggang. Namanya Qaraniel Joyson Riryanto, biasa disapa Qaraniel, sekarang duduk di kelas 9 Dewa Ruci. Dalam pernyataannya, laki-laki bertubuh agak kecil ini dapat menyelesaiakan 10 buku dalam sebulan dengan jumlah halaman per buku antara 200-400 halaman.
Ketika saya mengajar di kelasnya, ia sedang membawa menu sajian bacaan hari itu, yakni sebuah buku dengan judul “Dictator” karangan Robert Harris dengan jumlah halaman 399. Amazing. Tak heran, kebiasaan membaca membawanya menyabet penghargaan pada berbagai kejuaraan. Qaraniel juga didapuk menjadi Duta Baca Kota Palu.
Ternyata kebiasaan membaca dicontohkan oleh kedua orang tuanya. Ayah dan Ibunya juga sangat senang membaca. Bahkan ayahnya bisa menyelesaikan 3 buku dalam sehari. Orang tuanya menyediakan buku di rumah. Rak lemari berisi buku kurang lebih 700 buku. Buku favoritnya adalah Lima Sekawan, Bumi Manusia, Tintin, Laura Ingalls, dan buku-buku fiksi sejarah.
Ada banyak manfaat yang diperoleh jika rajin membaca. Tendi Krishna Murti dalam bukunya yang berjudul Stop Belajar Kalau Ingin Pintar (2012) menyebutkan beberapa manfaat tersebut, yaitu:
Pertama, peremajaan otak. Jika merasa otak kita agak buntu, boleh jadi karena kita kurang membaca. Dalam hal ini perlu diyakini bahwa membaca menjadi alternatif atau faktor yang memungkinkan kita menemukan ide atau perspektif yang kita butuhkan. Dengan demikian, membaca juga merupakan jembatan antara kebuntuan pikiran dengan ide dan konsep yang diperlukan dalam bentuk objek bacaan.
Kedua, meningkatkan konsentrasi. Bagi siswa yang ingin memiliki konsentrasi yang baik pada saat menerima pelajaran, cobalah membaca 10-15 menit sebelum pelajaran dimulai. Aktivitas membaca sesaat sebelum dimulainya pelajaran dapat membantu meningkatkan konsentrasi otak dalam merespons dan merekam fenomena yang ada di sekitar, termasuk mata pelajaran. Dalam kaitan ini, kita pernah melihat upaya sosialisasi budaya membaca 15 menit sebelum pelajaran yang menjadi bagian dari Gerakan Literasi Sekolah.
Ketiga, menambah kosa kata baru. Dengan banyak membaca, perbendaharaan kosa kata akan semakin bertambah. Diksi-diksi baru akan semakin memperkaya tulisan atau ungkapan kita, dan; keempat, mendorong tujuan hidup seseorang. Dengan banyak membaca buku, kita akan selalu termotivasi dalam mewujudkan tujuan hidup.
Jika kita telisik lebih jauh, secara umum tentu banyak sekali manfaat membaca yang dapat kita temukan selain beberapa manfaat di atas. Riset ilmiah dan berbagai pandangan para ahli terkait secara umum melihat benang merah manfaat membaca sebagai aktivitas yang dipandang dapat mengurangi tekanan pikiran (stress), menjadi stimulan mental positif, memperbaiki kualitas memori pembaca, merangsang keterampilan berfikir analitis, dan mencegah penurunan fungsi kognitif.
Dengan relasi potensi pengetahuan dan proses menggalinya untuk sumber ide dan pemikiran, membaca pada dasarnya memiliki kaitan yang erat dengan upaya peningkatan kualitas seseorang. Oleh karena itu, mari kita bersama membiasakan diri untuk selalu membaca. Kebiasaan ini akan memberikan contoh kepada anak-anak kita agar mereka sejak dini menyenangi buku, menjadikannya teman dalam keseharian, dan bahkan menjadi seorang “penggila buku”.