Oleh : Zena Sulistyawati
(Guru PAI SLB Bhakti Wiyata, Giripeni, Kulon Progo, Yogyakarta dan
Sekretaris MGMP Pendidikan Agama SLB Kab. Kulon Progo)
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha manusia untuk mendidik atau menjadikan seseorang menjadi beriman dan bertakwa kep[ada Allah SWT, serta memiliki akhlak yang mulia. Pendidikan akhlak sangatlah penting karena menyangkut sikap dan perilaku siswa dalam lingkungan sekolah ataupun keluarga. Di lingkungan sekolah, guru mendidik para siswa untuk mempunyai akhlak yang baik, sedangkan di lingkungan keluarga orang tualah yang mendidiknya. Siswa dibekali akhlak untuk masa depan dan menjaga diri dari godaan-godaan di dunia, diantaranya internet yang sudah merajalela, kasus-kasus kekerasan, dan lain-lain.
Berbagai kegiatan pembinaan akhlak mulia siswa di sekolah tentu tidak terlepas dari peran aktif seorang guru. Guru merupakan sosok penentu bagi keberhasilan proses pembinaan akhlak mulia yang dilakukan di sekolah. Guru pula yang membimbing dan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, untuk itu guru perlu memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran. Pada prosesnya, guru diharapkan mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar hingga mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Peran strategis guru
Guru adalah aktor utama dalam sebuah skenario proses pembelajaran, sekaligus yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut menjadi subjek pendidikan yang mengerti dan faham tentang profesi keguruan. Bila dihubungkan dengan pembinaan akhlak mulia atau pendidikan karakter, peran guru sangatlah besar dan penting, sebab guru adalah tulang punggung pembinaan akhlak mulia di sekolah. Dengan peran yang sangat besar dan penting tersebut, guru harus memahami secara mendalam hakikat pembinaan akhlak mulia, strategi dan metode pembinaan, serta tujuan pembinaan akhlak mulia.
Guru harus melengkapi diri dengan akhlak mulia atau karakter yang baik. Hal ini berarti guru harus memiliki pengetahuan tentang akhlak mulia sekaligus mempraktekkannya dalam kehidupan. Hal ini penting sebab guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Oleh karenanya, guru harus menyiapkan diri dengan paradigma akhlak mulia plus melekatkan secara permanen akhlak mulia tersebut dalam aktifitas kehidupannya secara nyata.
Dengan demikian, peran guru Pendidikan Agama Islam secara umum adalah mengajarkan agama Islam kepada siswa, bertanggung jawab untuk mendidik, mengembangkan ilmu pengetahuan agama, menanamkan keimanan pada siswa, dan menanamkan toleransi antarumat beragama. Untuk itu, guru Pendidikan Agama Islam perlu memperkuat diri dalam upaya menyampaikan materi pendidikan agama kepada siswa, agar siswa dapat mencerminkan akhlak yang islami.
Harapan pada Guru dan Siswa
Melalui pendidikan agam Islam, diharapkan siswa memiliki akhlak terpuji yang mampu menjauhkan dari akhlak buruk. Pendidikan akhlak terpuji sangat penting dimiliki semua siswa, sebab maju mundur dan bobroknya negara dilandasi oleh dasar moralitas. Negara memerlukan penerus bangsa yang berakhlak terpuji. Siswa berakhlak baik akan menjadikan negara baik pula. Kerja sama antara guru dan orang tua untuk mendidik akhlak siswa sangatlah penting.
Pada Sekolah Luar Biasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi bagian dari proses pembelajaran. Kondisi siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memerlukan penanganan tersendiri dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam. Lebih dari itu, materi-materi PAI yang sifatnya abstrak membutuhkan keterampilan khusus agar dapat tersampaikan sesuai tujuan pembelajaran.
Dengan tuntutan demikian, guru diharapkan senantiasa mengikuti perkembangan anak dan mampu mendalami dan menangkap kebutuhan anak. Di sisi lain, guru juga mempunyai kendala teknis dalam pembelajaran, misalnya referensi bahan materi yang terbatas untuk setiap jenis ketunaan. Minimnya anggaran di sekolah untuk menyediakan media yang menunjang juga menjadi kendala guru dalam menyampaikan materi.
Guru Pendidikan Agama Islam di SLB juga dituntut memiliki kemampuan menggunakan strategi dan metode khusus yang mampu memudahkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menerima materi. Lebih jauh, jika diperlukan, guru juga harus mampu membuat terobosan, dengan menciptakan pembelajaran yang belum tersedia melaui ide-ide kreatifnya. Ide kreatif itu menjadi jembatan untuk menyampaikan ilmu kepada siswa sesuai karakternya. Banyaknya jenis ketunaan tingkatan kelas dan minimnya guru PAI di SLB juga menjadi kendala dalam memaksimalkan pembelajaran.
Guru Pendidikan Agama Islam, disamping menjadi guru bagi siswa, dituntut mampu menjadi teladan bagi siswa dan guru-guru lain. Dengan tuntutan tersebut, maka guru Pendidikan Agama Islam menjadi sentra utama dalam pengembangan pendidikan akhlak di sekolah. Tidak dipungkiri keterbatasan setiap individu guru pendidikan juga menjadi sorotan negatif maupun positif dimata teman sesama guru. Peran yang begitu strategis tersebut harus didukung dengan ilmu yang memadai dan peningkatan iman dan takwa. Pembinaaan guru Pendidikan Agama Islam dipandang sebagai hal yang urgen yang selalu dinanti sebagai upaya peningkatan kapasitas dan kualitas diri.
Dengan demikian, pembinaan rutin guru Pendidikan Agama Islam di SLB dipandang sangat perlu dilakukan guna menjawab kendala dan permasalahan di lapangan. Guru Pendidikan Agama Islam di SLB juga memerlukan pembinaan dari berbagai segi sehingga keberadaan guru PAI di SLB sesuai dengan tujuan. Karena perannya yang sangat strategis seperti yang diutarakan di depan, maka pembinaan guru PAI SLB diharapkan berkelanjutan sehingga menghasilkan guru PAI SLB yang memiliki profesionalitas dan kompetensi yang memadai.
(Artikel ini adalah tugas mandiri peserta Workshop Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama pada Sekolah Luar Biasa, Yogyakarta 21 - 23 April 2021)