Tantangan Guru PAI SMP di Era Pandemi Covid-19 (Pengalaman pada Kabupaten Lebak)

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)






Oleh : Mugni Wahid, S.Ag. (GPAI SMPN 2 Warunggunung Kab. Lebak-Banten)

Artikel ini adalah penugasan mandiri peserta kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Guru PAI SMP yang dilaksanakan di Anyer pada tanggal 20-22 Oktober 2021

Dalam sebuah ungakapan klasik, pendidik atau guru adalah figur untuk digugu dan ditiru. Ungkapan tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Guru adalah sosok panutan yang senantiasa dijadikan teladan oleh peserta didik maupun khalayak umum dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang dilakukan oleh guru menjadi sorotan, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Ungkapan digugu dan ditiru artinya guru akan selalu dipercaya apa yang dikatakannya dan ditiru semua tingkah laku yang dilakukan oleh guru. Tentu hal yang tidak mudah menjadi seorang guru untuk selalu menjadi role model bagi banyak orang.

Guru merupakan sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu memperjuangkan generasi anak bangsa untuk lebih maju. Tanpa guru, mungkin semua orang tidak bisa menjadi apa yang dicita-citakannya. Semua profesi berawal dari cikal bakal guru. Bisa dikatakan, guru adalah orang pertama yang bisa mengubah generasi muda dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru mengajarkan mulai dari hal kecil hingga besar kepada peserta didik. Betapa tidak, hampir setiap hari guru harus bertemu dan mengajarkan kepada peserta didik yang jumlahnya tidak sedikit dan tentu dengan karakter peserta didik yang berbeda-beda. Lebih dari itu, banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya putra-putrinya kepada guru untuk dididik. Setiap hari guru harus sabar mengajarkan mata pelajaran kepada peserta didik. Tidak hanya itu, secara tidak langsung guru juga harus mengajarkan hal-hal di luar mata pelajaran, seperti kebiasan-kebiasaan baik, sikap, sifat, dan lainnya.

Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, saat ini banyak aplikasi-aplikasi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik belajar di luar sekolah. Materi pembelajaran pun bisa diakses dengan mudah oleh peserta didik. Apa yang disampaikan oleh guru tentu juga dapat peserta didik dapatkan di internet. Namun, esensi belajar jelas akan terasa berbeda. Tanpa adanya guru, belajar sendiri dengan memanfaatkan teknologi akan terasa sangat berbeda dan kurang memberi pemahaman jika dibandingkan dengan belajar bersama guru. Hal itu menjadi bukti bahwa guru tidak bisa digantikan dengan teknologi secanggih apapun.

Pendidikan di tengah pandemi Covid-19

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat mengejutkan dan tidak terduga di Indonesia, bahkan dunia. Virus covid-19 muncul dan berdampak besar bagi kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka, kini semua diubah menjadi pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh. Tidak boleh ada interaksi atau pembelajaran dalam kelas yang melibatkan banyak orang. Guru dan peserta didik mau tidak mau dituntut untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Semua kegiatan dilakukan secara online. Hal ini tentu masih menjadi kebiasaan baru yang susah untuk dilakukan, mengingat baru pertama kali menghadapi pembelajaran yang dilakukan secara virtual.

Hal ini menjadi tantangan besar, tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga guru. Guru harus bisa menyesuaikan keadaan dengan baik. Guru harus bisa memutar otak bagaimana caranya agar pembelajaran tetap terlaksana dengan baik walaupun diadakan secara daring atau jarak jauh. Kecanggihan teknologi saat ini harus benar-benar dimanfaatkan dengan baik. Guru harus bisa memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien bagi peserta didiknya. Tidak mudah bagi guru untuk mengajar di masa pandemi seperti ini. Peserta didik yang belum bisa beradaptasi dengan kondisi seperti ini menjadi tantangan besar bagi guru.

Tidak sedikit orang tua yang merasa kesulitan dalam mendidik anak-anaknya di masa pandemi seperti ini. Para orang tua mengeluh akan adanya pembelajaran daring, yang justru orang tua ikut repot mengikuti perkembangan pembelajaran anaknya di rumah. Orang tua kini berperan besar dalam kegiatan pembelajaran. Di masa pandemi ini, mereka ikut merasakan menjadi seorang guru. Yang dulunya mungkin tidak terbayangkan sedikitpun perjuangan seorang guru, kini seakan orang tua mengagungkan peran guru.

Hambatan Pembelajaran Daring

Banyak hambatan yang terjadi ketika melaksanakan pembelajaran di tengah pandemi seperti ini. Habatan tersebut mulai dari pihak guru yang belum memahami perkembangan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran online. Sudah terbiasa dengan pembelajaran tatap muka kemudian diubah secara mendadak, bukanlah merupakan hal yang mudah bagi guru, khususnya guru senior. Seorang guru harus mempersiapkan diri untuk memilah dan memilih metode pembelajaran yang tepat namun juga bisa diterima dengan baik bagi dirinya dan peserta didiknya. Perlu adanya pengetahuan yang memadai tentang teknologi atau aplikasi-aplikasi pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran daring. Selain belajar untuk diri sendiri, guru juga perlu menyampaikan kembali kepada peserta didik tentang teknologi yang digunakan. Betapa besar perjuangan seorang guru terlebih di tengah pandemi covid-19 ini.

Dari sisi peserta didik, banyak sekali hambatan yang dirasakan. Berbagai alasan bermunculan dari peserta didik ketika akan diadakan pembelajaran daring, mulai dari jaringan yang tidak stabil dan tidak mempunyai kuota, ketiduran, dan masih banyak lagi. Tidak bisa dipungkiri, hal itu sangat wajar terjadi. Masalah utama adalah belum siapnya peserta didik dengan pembelajaran daring, masih banyak peserta didik yang belum memahami prosedur atau cara menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang digunakan. Susah sinyal juga menjadi kendala yang kerap dirasakan, terlebih bagi peserta didik yang bertempat tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) yang koneksi internet masih sulit dijangkau. Tidak sedikit peserta didik yang harus keluar rumah mencari sinyal yang kuat demi mengikuti pembelajaran online. Masalah yang paling dominan adalah masalah ekonomi, yaitu kuota internet. Tidak semua peserta didik mempunyai kuota internet yang cukup untuk melakukan pembelajaran daring setiap hari.

Strategi Pembelajaran Daring

Berbagai persoalan yang menghambat pembelajaran daring eloknya bukan menjadi alasan untuk tidak melaksanakan pembelajaran daring dengan baik. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyiasatinya. Guru, sekolah, maupun pemerintah bisa mengadakan pelatihan terhadap guru-guru yang belum begitu memahami dengan teknologi atau sistem pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran daring.

Dalam kondisi seperti ini, guru juga harus bisa berinovasi dalam pelaksanaan pembelajaran daring Seperti menurut Pak Nadiem, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan “Guru harus terus berinovasi dan meningkatkan metode pengajaran setiap saat”. Guru harus pintar-pintar memilih dan mengkolaborasikan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikan. Hal itu bertujuan agar peserta didik semangat dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran daring.

Dari segi ekonomi atau keterbatasan kuota internet, pemerintah telah menyediakan kuota internet bagi pelajar. Hal itu memudahkan peserta didik untuk terus mengikuti pembelajaran setiap harinya. Dari hal-hal tersebut, diharapkan pendidikan di Indonesia tetap berjalan dengan baik meskipun dalam kondisi pandemi covid-19.
Di masa pandemi Covid-19 ini ada sosok atau figur yang selalu terucap di saat aktifitas hanya bisa dilakukan di rumah masing-masing. Sosok itu adalah Bapak dan Ibu Guru yang di saat keadaan normal sebelum pandemi covid-19 adalah pendidik/pembimbing siswa yang berada di sekolah baik jenjang TK, SD, SMP, maupun SMA. Dalam kondisi normal, menjadi guru di ruang kelas mungkin merupakan pekerjaan yang mudah saja. Akan tetapi, dalam keadaan sekarang yang jauh berbeda dengan sebelumnya, masyarakat atau orang tua siswa baru mengetahui bagaimana susahnya menjadi guru di rumah untuk anak sendiri.

Pengalaman Kabupaten Lebak

Dengan diperpanjangnya sistem belajar dari rumah (PJJ) oleh Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota khususnya Kabupaten Lebak, maka mau tidak mau guru harus menyesuaikan dengan aturan pemerintah. Seperti ketahui, di Kabupaten Lebak sistem pembelajaran PJJ dilakukan dengan 2 metode yaitu Daring dan Luring; siswa yang mempunyai smartphone atau alat TIK di rumah bisa mengikuti kegiatan PJJ lewat Daring Bersama dengan guru, akan tetapi untuk siswa yang tidak mempunyai Handphone Smartphone atau alat TIK di rumah dilakukan dengan metode luring, yaitu di kunjungi oleh guru langsung ke rumah masing-masing siswa dengan protocol Kesehatan Covid-19. Dalam hal ini, guru dituntut agar bisa menjangkau semua siswa yang di bawah bimbingannya. Dengan proses ini, banyak hal dan pengalaman yang didapati oleh guru saat mengunjungi siswa dirumahnya dan juga dengan mengunjungi siswa secara langsung di rumah guru bisa mengetahui jelas keadaan siswanya masing-masing.

Memasuki Tahun Pelajaran 2020-2021, tepatnya diawali tanggal 13 Juli 2020, Bapak dan Ibu di Kabupaten Lebak sudah terlihat giatnya guru turun langsung mengunjungi siswanya untuk memberikan materi pelajaran dengan keadaan apa adanya di rumah masing-masing. Hal itu sesuai dengan arahan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Drs. H. Wawan Ruswandi yang menyatakan "Semua guru harus memastikan bahwa semua siswa di bawah bimbingannya harus terlayani pembelajaran baik itu daring maupun luring, guru harus proaktif dalam situasi PJJ ini'

Semoga pandemi ini akan segera berakhir dan kerinduan bapak/Ibu guru dan siswa bisa melaksanakan pembelajaran di ruang kelas bisa terlaksana. Semoga Bapak/Ibu Guru kita selalu diberikan kesehatan dan selalu diberikan keberkahan oleh Allah atas perjuangannya memajukan pendidikan, khususnya di daerah Kabupaten Lebak.

Editor: Saiful Maarif

Penyiap Bahan: Sulaiman Darussalam, Nuraini Agung Putri



Terkait