Keteladanan yang Hilang (Tantangan Guru PAI SMP/SMPLB di Era Pandemi Covid-19)

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)





Oleh : Samsul Alhadi, M.Pd (Guru PAI SMPN SATAP 3 Pesawaran, Lampung)

Artikel ini adalah penugasan mandiri peserta kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Guru PAI SMP yang dilaksanakan di Anyer pada tanggal 20-22 Oktober 2021

Masa Pandemi Covid-19 membuat pola pendidikan berubah. Semula proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap muka. Akan tetapi, kini proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Pendidikan berawal dari perkembangan sosial dan kebudayaan, proses pembelajaranya masih mengandalkan peran yang berpusat pada guru, namun untuk saat ini siswa sudah menjadi subyek dari proses pembelajaran tersebut. Pandemi Covid-19 menjadikan teknologi informasi yang terfokus penggunaan internet, sebagai solusi agar tetap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM). Situasi pandemi Covid-19 menempatkan peran guru PAI sebagai salah satu figur penting dalam membangun solusi tersebut. Para guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meskipun peserta didik berada di rumah. Karena itu, guru PAI menjadi lokomotif perubahan yang harus kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran dengan memaksimalkan berbagai media yang ada untuk menjaga keberlangsungan proses pembelajaran dalam kondisi apapun.

Wabah Covid-19 menuntut seorang guru untuk berfikir inovatif dalam upaya menemukan cara yang tepat dan cepat untuk melaksanakan pembelajaran di era baru saat ini. Guru dapat melakukan pembelajaran menggunakan metode daring, yaitu pembelajaran memanfaatkan media internet. Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat hanphone android yang terhubung dengan koneksi internet. Dengan koneksi ini, guru dapat melakukan pembelajaran bersama menggunakan grup di media sosial seperti Whatsapp, telegram, aplikasi zoom, gmeet, ataupun media sosial lainnya. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa belajar pada waktu yang sama, meskipun di tempat yang berbeda. Guru  berperan penting dalam merubah tantangan sebagai peluang dengan mentransfer ilmu  kepada peserta didik memakai cara yang menarik agar peserta didik dapat menerima dan memahami apa yang disampaikan guru.

Di era digital saat ini, teknologi merupakan kebutahan yang penting. Oleh karena itu, seorang guru harus update dan melek teknologi. Kemajuan yang terjadi dalam dunia teknologi komunikasi dan informasi memunculkan peluang maupun tantangan baru dalam dunia pendidikan. Peluang baru yang muncul termasuk akses yang lebih luas terhadap konten multimedia yang lebih kaya, dan berkembangnya metode pembelajaran baru yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.

Keteladanan yang Hilang

Dalam konteks perkembangan teknologi, pembelajaran daring (dalam jaringan) atau semacamnya mampu menjadi pilihan yang solutif untuk kondisi saat ini. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah, diperlukan inovasi dan kreatifitas dari guru untuk dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik minat belajar siswa dan peningkatan kualitas dukungan sistem pendidikan.

Namun demikian, ada suatu hal yang perlu disadari oleh kita semua dalam konteks pembelajaran daring, yaitu hilangnya figur keteladanan pada diri guru. Keteladanan guru ke siswa memerlukan proses dan contoh langsung, adaptasi, dengan pendampingan dan pengawasan langsung dari guru. Guru adalah figur keteladanan kedua setelah orang tua.
Menimbang hal tersebut, kiranya diperlukan beberapa strategi untuk proses pembelajaran daring di masa masa Pandemi Covid-19. Pertama, manajemen waktu. Mengatur waktu pembelajaran daring penting dilakukan untuk menjaga fokus dan ekeftifitasnya. Kedua, kesiapkan teknologi yang dibutuhkan. Kesiapan ini memastikan kelancaran dan kesuksesan proses pelaksanaan. Ketiga, serius dan fokus.  Selama melakukan pembelajaran di internet, terdapat banyak sekali distraksi yang menggangu proses pembelajaran, mulai dari odaan untuk menonton video, games, mengakses media sosial, hingga membaca konten berita secara implusif. Keempat, menjaga komunikasi dengan pengajar dan teman kelas.

Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa dengan adanya wabah Covid-19 ini kita bisa mengambil hikmah bahwa pembelajaran bisa dilakukan di mana pun, tidak harus di kelas atau sekolah. Saat ini, guru bisa melakukan pembelajaran melalui daring/online dengan menggunakan tools/perangkat baru. Menurutnya, kita bisa mengambil hikmah dari wabah ini, yakni bisa membangunkan keasadaran bagi orang tua bahwa tugas guru itu sangat sulit. Kejadian ini akan menumbuhkan rasa empati orang tua kepada guru. “Guru, siswa dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan suatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja.” Menurut Mendikbud, pendidikan yang efektif membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga hal ini, guru, siswa, dan orang tua.“Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi”.

Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air ke arah digitalisasi. Namun di sisi lain, hal itu juga menimbulkan hambatan. Bagi daerah yang mengalami kendala akses internet, hal ini inipun dirasakan di unit kerja saya ditugaskan, Keresahan yang dirasakan siswa seperti ketiadaan gawai (HP) karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat PJJ cukup sulit untuk dilakukan. Selain itu, proses belajar mengajar yang membutuhkan praktek secara langsung juga mengalami kendala.

"Inisiatif dari pihak sekolah sangat diperlukan. Masa pandemi ini memiliki hikmah untuk membuat gerakan agar semua orang bisa menjadi guru untuk anak-anak agar proses pendidikan tidak terhenti meskipun terdapat beragam kendala,” tegas Mendikbudristek.

Inovasi yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan perangkat sederhana untuk media pembelajaran oleh guru seperti memanfatakan TV. Dengan dikoneksikan ke Handphone atau laptop, anak-anak yang memiliki kendala ketidakmampuan memiliki gawai (HP) bisa melakukan belajar secara berkelompok dengan protokol kesehatan di bawah bimbingan guru.

Selain itu, pihak sekolah juga perlu melakukan sosialisasi kepada guru agar bisa menyiapkan konten belajar yang interaktif agar peserta didik tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami dalam proses belajar. Pelibatan keluarga, sampai karib kerabat juga diperlukan untuk membimbing peserta didik. Inovasi ini bisa menjadi alternatif dalam proses PJJ dan bisa diterapkan oleh pihak sekolah.

Editor : Saiful Maarif

Penyiap Bahan : Syaifuddin Zuhri, Sulaiman Darussalam






Terkait