Toleran Itu Sikapku

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Oleh: Ajen Qolbunya Sae

(SMPN 29 Surabaya)

Toleransi dalam umum dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi,atau membeda bedakan seseorang. Walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.

Menurut Wikipedia, toleransi adalah membiarkan orang berpendapat lain, melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun intimidasi. Sementara menurut bahasa, Toleransi yaitu menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Menurut Istilah, Toleransi yaitu sikap menghargai dan membebaskan orang lain untuk berpendapat dan melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita tanpa melakukan intimidasi terhadap orang atau kelompok tersebut. Menurut KBBI, Toleransi adalah sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja

Adapun macam macam toleransi, sebagai berikut :

  1. 1.      Toleransi Agama

Negara Indonesia mempercayai 6 agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebagai bahasa resmi negara. Oleh karena itu toleransi harus diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

  1. 2.      Toleransi Budaya

Manusia itu berbeda beda, baik tingkah laku, gaya bahasa, pakaian yang dikenakan, maupun tradisi yang mereka percayai. Itu adalah salah satu contoh budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Indonesia adalah negri yang terbentuk atas beberapa banyak pulau dan setiap pulau pasti memiliki berbagai macam budaya. Oleh karena itu, kita harus menggembangkan sikap toleransi.

  1. 3.      Toleransi Politik

Toleransi politik ialah bagian dari toleransi, perbedaan pilihan dalam kepemimpinan merupan salah satu sumber masalah sosial. Semua ini disebabkan karena tidak adanya sikap saling menghargai pilihan masing-masing individu dalam masyarakat, seperti pemilihan yang dilakiukan lembaga politik dalam pilihan Kepala Daerah dan bahkan dalam pilihan kepala desa.

Dalam pembahasan kali ini saya akan mengupas tentang toleransi dalam perspektif islam. Agama kita, yaitu Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Keadilan bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya. Begitu juga dengan toleransi dalam hal beragama. Menghadapi bangsa Indonesia yang majemuk, khususnya dalam hal agama, agama Islam melarang keras berbuat dhalim dengan agama selain Islam dengan merampas hak-hak mereka, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu:

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. Al-Mumtahah ayat 8).

Sudah jelas islam sangat toleransi dalam perbedaan yang ada. Bahkan bukan menjadi alasan untuk kita saling bermusuhan, walaupun sering terjadi perbedaan pandangan, namun jangan mendorong kita berbuat tidak adil. Karena bersikap adil membuat kita lebih dekat dengan takwa. Dan kita diwajibkan berbuat baik selagi tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama.

Adapun jenis jenis toleransi yang diperbolehkan oleh islam yaitu:

  1. Prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

  1. Berbuat baik dan adil kepada setiap agama

Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang hukum meremehkan akhlak orang lain, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247).

  1. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.

  1. Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim

Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15). Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.

  1. Tetap berbuat baik kepada orag tua dan saudara

Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

 “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).

  1. Boleh memberi hadiah pada non muslim

Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya  di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619). Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada saudaranya yang non muslim.

  1. Prinsip Lakum Diinukum Wa Liya Diin

Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan perayaan non muslim, bukan turut memeriahkan atau mengucapkan selamat. Karena Islam mengajarkan prinsip “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6).

  1. Sesuai keadaan masing masing

Prinsip  sesuai dengan keadaan, yakni tetap bertahan pada akidah, “Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al Isra’: 84) “Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41) “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu.” (QS. Al Qashshash: 55)

  1. Jangan mengorbankan agama

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).

  1.  Tidak berhubungan dengan perayaan non muslim

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.” Umar berkata, “Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.” Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.

  1. Tidak berhubungan dengan acara maksiat

Juga sifat ‘ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri acara yang di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa, karena perayaan tersebut berarti merayakan kelahiran Isa yang dianggap sebagai anak Tuhan. Sedangkan kita diperintahkan Allah Ta’ala berfirman menjauhi acara maksiat lebih-lebih acara kekufuran,

 “Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az zuur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon: 72). Yang dimaksud menghadiri acara az zuur adalah acara yang mengandung maksiat. Jadi, jika sampai ada kyai atau keturunan kyai yang menghadiri misa natal, itu suatu musibah dan bencana.

  1.  Tidak memaksakan kehendak
  • Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;
  • Tidak mencela/ menghina agama lain dengan alasan apapun; serta
  • Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaannya.
  1.  Menghargai orang lain

Antara lain : menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan.

  1.  Toleransi sebatas wilayah mu’amalah

Toleransi atau juga dikenal dengan istilah tasamuh adalah hal yang menjadi prinsip dalam agama islam. Dengan kata lain, islam itu menyadari dan menerima perbedaan. Namun demikian, dalam praktik toleransi islam juga memiliki kerankan atau batasan toleran itu. Toleran dalam islam dibatasi pada wilayah mu’amalah dan bukan pada wilayah ubudiah.

  1.  Toleransi tidak berkenaan dengan aqidah dan ibadah

Islam adalah agama yang menyadari pentinganya interaksi, maka dalam islam hubungan dengan mereka yang non-muslim bukan hanya diperbolehkan namun juga didorong. Seperti sabda nabi, “tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”. Ilmu adalah bagian dari mu’amalah. Maka aspek-aspek muamalah misalnya perdagangan, kehidupan sosial, industri, kesehatan, pendidikan dan lain lain, diperbolehkan dalam islam. Dan yang dilarang adalah berkenaan dengan aqidah serta ibadah.

 Islam mengedepankan sikap toleransi. Namun toleransi dalam Islam memiliki batasannya yaitu aqidah, yang merupakan hal sangat prinsipil bagi muslim sejati. Prinsip ini harus dipertahankan, karena aqidah adalah harga mati yang tidak boleh tawar menawar.

Sikap toleransi umat Islam terbaik adalah dengan menghargai mereka merayakan hari kebesaran mereka dengan tidak mengganggu kenyamanan mereka, dan tidak pula menghalangi mereka merayakannya. Hal ini sudah dipertegas oleh Allah, “Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az-zuur (perbuatan yang merusak akidah seperti menyembah berhala), dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqan: 72).

 

Umar bin Khatab berkata, “Janganlah kalian masuk pada nonmuslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah. Ibnu Qayyim berkata: Jauhilah musuh-musuh Allah di hari perayaan mereka.

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Islam tidak melarang ummatnya untuk berbuat baik dalam perkara-perkara keduniaan dan kemanusiaan. “Perbedaan aqidah tidak menghalangi kaum muslimin saling berbuat baik, tolong, menolong, dan hormat menghormati,” ujarnya.

Ustaz Abizal juga memaparkan contoh prinsip toleransi Rasulullah dalam aqidah, ketika Beliau ditawarkan oleh kafir Quraisy untuk tukar menukar dalam melaksanakan ibadah.

“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami? Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya”

Allah memberikan jawaban dengan menurunkan Surat Al-Kafirun ayat: 1-6: Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6).

“Ustaz Abizal M. Yati. Mengatakan makna toleransi dengan benar dan mengedepankan aqidah sebagai prinsip yang harus dipertahankan demi terciptanya kerukunan antar umat beragama,”

MANFAAT TOLERANSI

Adapun manfaat toleransi bisa kita dapatkan dari sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya:

  • Menciptakan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat
  • Adanya rasa kekeluargaan
  • Memunculkan rasa kasih sayang satu sama lainnya
  • Menciptakan suatu kedamaian, rasa tenang dan aman.

 Adapun manfaat dari sikap toleransi

  1. 1.      Menghindari Perpecahan

Sikap toleransi antar individu atau kelompok adalah hal yang sangat utama untuk menghindari adanya perpecahan dalam masyarakat. Selain itu, sikap toleransi adalah salah satu norma-norma yang harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

  1. 2.      Mengendalikan Ego

Dengan toleransi, secara tidak langsug kita ternyata bisa mengendalikan ego yang didalam diri kita. Jika kita tidak bisa mengontrol ego kita, maka bisa memunculkan konflik antar individu atau kelompok.

  1. Nasionalisme
    Sikap toleransi yang dijalalakan dalam kehidupan bermasyarakat nantinya akan menjadi sikap nasionalisme. Yang mana dalam sebuah bangsa yang besar, masyarakatnya mempunyai rasa cinta, menghargai dan saling peduli satu sama lain.

 CONTOH SIKAP

Sikap toleransi dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:

  • Menghargai agama lain yang berbeda
  • Menghargai pendapat orang lain yang berbeda dari kita
  • Membiarkan orang menganut kepercayaannya
  • Tidak memaksakan atau mendiskriminasi orang lain yang berbeda pendapat atau pemikirannya.
  • Ketika ada orang salah dalam mengerjakan sesuatu tidak melakukan bullying atau mendeskriminasinya

  Sekian yang dapat saya sampaikan dan mohon maaf jika ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak. Terima kasih, semoga bermanfaat.

       Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.



Terkait