"ROHIS Reborn", Reorientasi Arah dan Kebutuhan Siswa Milenial

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Jakarta (Direktorat PAi) – Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI memberi perhatian besar kepada siswa-siswi di sekolah untuk bisa memberikan sumbangsih melalui lembaga Kerohanian Islam di seluruh SMA dan SMK yang ada di Indonesia.

Subdit PAI pada SMA/SMALB dan SMK berinisiatif untuk mendudukan arah Rohis secara tepat dan menyesuaikan kebutuhan generasi milenial atau generasi Z saat ini. Pada Selasa (14/03), Direktorat PAI mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Reviu Pedoman Pelaksanaan Rohis di Sekolah di Jakarta. Kegiatan ini menjadi penting sebagai bagian dari upaya menjaga marwah Rohis yang merupakan representasi kegiatan siswa muslim di sekolah dan inisiatif perlunya memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Beragam pandangan mengemuka dalam forum ini, di antaranya adalah bahwa kerohanian Islam tetap dipandang sebagai kegiatan ekstrakurikuler di tingkat Sekolah SMA dan SMK yang memiliki peran penting dan kesempatan stretagis dalam pembentukan karakter milenial. Oleh karena itu, Direktorat PAI mempertimbangkan untuk melakukan reorientasi arah dan kebutuhan siswa-siswi milenial yang bervariasi sesuai passion anak zaman now.

Dalam kaitan tersebut, keberadaan pedoman pelaksanaan Rohis di Sekolah menjadi urgen dalam uapay membentuk siswa-siswi yang moderat dan berwawasan kebangsaan yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan.

Sebagai gambaran, menurut data BPS tahun 2021, total siswa di sekolah mulai jenjang SD sampai SMA/SMK saat ini adalah sekitar 45,21 juta orang, di mana 83,85%-nya beragama Islam. Jumlah tersebut merupakan angka yang signifikan sebagai modal pembangunan bangsa masa depan.

Ditambah, pada tahun 2045, Indonesia ditargetkan akan menjadi negara maju dengan bonus demografi yang luar biasa. Target tersebut dapat tercapai jika seluruh stakeholder, termasuk Kementerian Agama, mampu memaksimalkan potensi anak-anak bangsa tersebut agar menjadi generasi yang mengarusutamakan nilai-nilai moderasi beragama dan komitmen kebangsaan.

"Terdapat dua hal mendasar yang penting bagi Rohis, yakni reorientasi dan legalitas," ujar Bahrul Hayat (Guru Besar UIII) yang hadir sebagai pemateri dalam FGD dimaksud. Dirinya menjelaskan bahwa dua poin penting tersebut mesti menjadi perhatian Ditjen Pendidikan Islam dengan cara membuat peraturan spesifik bagi Rohis dari sisi visi-misi dan kedudukan untuk menghindari polemik kepentingan di masa depan.

Sejatinya Pemerintah Daerah sebagai pemilik sekolah-sekolah di seluruh Indonesia menunggu inisiasi kebijakan dari KemendikbudristekdiktI dan Kemenag sesuai perkembangan zaman.

Dalam FGD tersebut juga sempat disinggung secara detil isi Pedoman Pelaksanaan Rohis di Sekolah yang sifatnya intruksional dan nilai tawar Rohis dalam proses penilaian pembelajaran di sekolah.
Senada dengan Bahrul Hayat, Achmad Munjid, Pemerhati Pendidikan dari Center for Religious and Cross-Cultural Studies/Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM, memberikan catatan bahwa perlu dipertimbangkan keterpakaian pedoman ini bagi para siswa dan prosses agar siswa bisa berkreasi secara mandiri dan memberikan nilai tambah sebagai contoh leadership siswa.

Lebih jauh ia menambahkan, kegiatan Rohis ini dapat pula efektif menjadi instrumen penilaian yang rigid, bisa mengurangi atau menambah, nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

"Selain itu, kita juga perlu menyadari, siswa sering menganggap PAI sebagai kegiatan yang bukan prioritas dan ketinggalan zaman," tegas Munjid. Pada akhirnya Munjid meggarisbawahi, pelaksanaan Kerohanian Islam perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kecenderungan siswa saat ini.

Sebagai langkah penegasan ide besar tersebut, Kasubdit PAI pada SMA/SMALB dan SMK Direktorat PAI Kemenag RI, M Adib Abdushomad, menyampaikan bahwa Direktorat PAI berencana akan melakukan re-branding Rohis tentang Pedoman Pelaksanaan Rohis dalam bentuk Panduan Kegiatan Keagamaan Islam dengan target anak-anak didik di SMA/SMK.

"Kami berharap mereka akan menjadi para pemimpin masa depan sekaligus duta untuk memperkuat ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin," ujar Gus Adib, panggilan akrabnya, yang merupakan alumni S2 dan S3 Flinders University, Australia. (Syam)



Terkait