Bogor (PAI) -- Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah adalah salah satu entitas yang wajib menjadi cikal bakal kebangkitan Indonesia Emas 2045. Rohis terkini merupakan wadah generasi Z yang memiliki karakteristik khusus berbeda dengan milenial dan era sebelumnya. Disrupsi teknologi dan informasi memenuhi ruang-ruang publik termasuk menelusur ke dalam relung-relung anak-anak bangsa yang terkenal kritis dan sangat melek teknologi. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Berbagai dinamika lokal dan dunia dengan mudahnya berkelindan ke sekolah-sekolah dalam bidang sosial budaya, ekonomi, bahkan geopolitik. Dengan demikian, Rohis sudah sewajarnya adaptif dengan resiko perubahan tersebut dengan cara pandang baru yang religius dan moderat, Rohis Reborn menjadi komunitas kebajikan (community of virtue) yang mampu menularkan semangat Islam Rahmatan Lil Alamin, kalimat-kalimat kebaikan dan teladan dalam tindakan.
Rohis yang religius dan moderat menjadi tema sentral dalam event Penguatan Rohis dalam Mendukung Implementasi Moderasi Beragama di Bogor tanggal 30 Oktober hingga 01 November 2023. Kegiatan ini melibatkan sekitar 40 orang perwakilan ketua dan pengurus Rohis berprestasi dari ujung timur dan barat Indonesia.
Direktur Pendidikan Agama Islam, Amrullah, mengekspesikan kegembiraannya atas peran organisasi Kerohanian Islam sebagai inspirator dan pelopor moderasi beragama, "Kepentingan meningkatkan partisipasi generasi muda sebagai kunci kebangkitan bangsa harus dimulai dari sekarang. Rohis harus menjadi iron stock, yakni siswa-siswi SMA/SMK harus pandai tidak hanya pengetahuan umum melainkan juga pengetahuan agama ditambah dengan akhlak mulia," ungkap pria asal Banten ini.
Direktur juga berharap agar nilai-nilai moderasi beragama dan ilmu pengetahuan yang disemai dalam kegiatan ini harus didiseminasi agar berkembang lebih luas. "Kita punya kewajiban menyebarluaskan pengetahuan dan kebajikan. Dari berbagai macam provinsi yang hadir, kita mesti yakin bahwa dengan jumlah 40 orang ini akan mampu memberikan informasi dan contoh kepada 4000 orang, lalu dari 4000 tersebut kepada 4 juta siswa, lalu menyebar lebih luas lagi," papar Amrullah.
Lebih lanjut Amrullah menjelaskan bahwa dunia saat ini telah berbeda, zaman telah berganti, tidak ada lagi batas geografis. "Tidak ada sekat-sekat lagi, anak-anak muda tidak ada kesulitan menggali berbagai informasi dengan cepat dan akurat. Generasi Z adalah pemimpin masa depan, Direktorat Pendidikan Agama Islam bertanggungjawab dalam membina dan mengawal kualitas pendidikan agama Islam terutama moderasi beragama. Dengan moderasi beragama, siswa-siswi SMA/SMALB/SMK tidak lagi kalah dari lainnya. Kemudian dilengkapi dengan pengetahuan bahasa Inggris dan Arab misalnya," gagas Amrullah setelah menyimak dengan baik pembukaan acara yang dinahkodai oleh para siswa-siswi Rohis berprestasi di Bogor (30/10).
Adapun Master of Ceremony dipimpin oleh Atha Muhammad Rafi (SMA Muhammadiyah 1 Pontianak), Pembacaan Al-Qur'an oleh Irza Nahway (SMAN 10 Pekanbaru), dan Nayla Silvia Maharani dari SMAN 2 Semarang sebagai Dirigen Lagu Indonesia Raya yang diikuti dengan khidmat oleh seluruh peserta.
Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan ini adalah tindak lanjut implementasi moderasi beragama di sekolah yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani dengan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 4510 Tahun 2023 tentang Panduan Pengembangan Keagamaan Isam melalui Rohis di Sekolah. Rohis telah menjadi konsentrasi utama Sub Direktorat PAI pada SMA/SMALB/SMK sebagai bagian penting menangkal gerakan radikal di kalangan remaja dan kenakalan remaja lainnya. Berbagai survey membuktikan betapa remaja dan generasi Z rentan terpapar paham menyimpang, survey Setara Institute, riset Wahid Institut, lalu Alvara Research pun mengungkap fenomena yang berbahaya bagi perkembangan psikologi dan fisik anak-anak bangsa, apalagi jika muncul ke permukaan dalam konteks kenegaraan. Inisiasi awal telah dimulai sejak bulan Maret 2023 agar ada panduan praksis yang mampu memandu remaja dan mencukup ruhani yang sesuai dengan fitrah keagamaan Indonesia yang berada di tengah-tengah (Islam Wasathiyyah).
Panduan juga diharapkan mampu menyerap kultur lokal dan berkaca dari berbagai best-practices yang sejatinya telah diterapkan oleh banyak guru-guru pendidikan agama Islam di seluruh Indonesia namun belum terdokumentasi dan sistematis dengan tujuan mampu mengimplementasikan moderasi beragama menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kasubdit PAI pada SMA/SMALB/SMK M. Adib Abdushomad,menyampaikan uraian senada dengan harapan Direktur PAI bahwa para peserta dapat mewakili sekolahnya masing-masing dan menebarkan moderasi beragama dalam jangka panjang. "Pada tahun 2045, andalah leadernya, peserta disini sangat beruntung karena terpilih secara khusus untuk bisa menjadi agen implementasi moderasi beragama di sekolah melalui Rohis," harap pria yang sering dipanggil Gus Adib ini.
Adapun berbagai materi yang dihadirkan dalam giat Penguatan Rohis dalam Mendukung Implementasi Moderasi Beragama ini antara lain: (1) Rhythm of Empowerment, Konser Motivasi Pengembangan Diri dan Berprestasi Pengurus Rohis, (2) Aktivitas Kepemimpinan dan Kerjasama Luar Ruangan (Outbond), (3) Praktik Baik Manajemen Kegiatan Rohis, (4) Spiritual Leadersip Pengurus Rohis, (5) BIAS (Bincang Asyik) Seputar Rohis, (6) Pentas Seni dan Kreativitas Rohis. Selain itu, aktivitas pelengkap berupa sholat dhuha, shalat wajib berjamaah, shalat tahajjud, tilawah, dzikir, dan doa bersama, di sela-sela materi utama. Dengan mengkonsentrasikan pengembangan diri dan berprestasi Rohis sebagai organisasi siswa bernafaskan Islam Rahmatan Lil Alamin, pemateri yang dihadirkan pun kompeten di bidangnya, diantaranya adalah Budi Bagus Prasetyo (Founder ROE), Mustahdi (Guru PAI Berprestasi Pengembang Program Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan bagi GPAI), Sudarjat (Direktur Al-Haya Center), dan Hery Nugroho (Penulis Buku PAI SMA/SMK dan Guru Berprestasi Tingkat Nasional), serta diperkuat dengan personal experience Kasubdit PAI SMA/SMALB/SMK,Gus Adib sebagai living legend aktivis Rohis yang mampu mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum secara seimbang.