Gelar Halal Bihalal, SMA N 1 Manado Perkuat Nilai Moderasi Beragama

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Manado (Dit PAI) Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan itulah yang diinginkan Allah. Jika Allah ingin menjadikan umat yang satu, tentu mudah saja bagi Allah. Namun itu tidak terjadi karena Allah menginginkan adanya keragaman sebagai pembelajaran bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu mengambil jalan tengah dalam memahami agama adalah hal terbaik yang digaungkan dalam implementasi moderasi beragama.


Hal tersebut disampaikan ustadz Mazhar Kinontoa dalam ceramah Halal Bihalal yang digagas Rohis SMAN 1 Manado pada Jumat (12/5). Menurutnya generasi sekarang harus cerdas dalam memaknai halal bihalal baik secara fiqih maupun bahasa.


“Kehidupan akan lebih bermakna jika saling memahami dan saling memberi maaf secara utuh baik lahiriah maupun batiniah. Sebab ada orang yang fisiknya tampak memaafkan namun batinnya tidak menerima dan masih menyimpan dendam. Karenanya moment halal bihalal ini semuanya harus saling mengikhlaskan.” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren al-Khairaat Mapanget ini.


Kepala SMA Negeri 1 Manado yang diwakili Waka Kurikulum I Wayan Sumertha dalam sambutannya mengakui bahwa kegiatan Halal bihalal yang dilaksanakan di Sporthall itu merupakan sebuah representasi dari kerukunan di sekolah. “Hadirnya semua unsur organisasi sekolah, mulai dari Pengurus OSIS dan sub OSIS hingga para guru menunjukkan sebuah kebersamaan yang akan melahirkan kenyamanan dalam hidup," jelasnya.


"Salah satu Implementasi dari beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia akan lebih tampak dalam kegiatan religius seperti ini. Karenanya jalinan silaturrahim dan toleransi antar semua unsur sekolah sebagai penerapan moderasi dari sekolah harus semakin ditampakkan guna memperkuat kebersamaan dalam keragaman,” tegas Guru Penggerak di Sulawesi Utara angkatan pertama ini.


Sementara itu Pembina Rohis Supriadi dalam sambutannya juga memperkuat makna halal bihalal ini sebagai bagian dari implementasi penguatan Profil Pelajar Pancasila yang digaungkan dalam Kurikulum Merdeka. “Pembelajaran PAI sesungguhnya menjadi motor penggerak dalam penanaman nilai-nilai religius di sekolah. ujarnya.


"Karenanya keseimbangan dan kebersamaan sebagai bagian dari moderasi beragama perlu terus dipupuk dan dipertahankan demi menjaga stabilitas kerukuman yang telah terbangun," pungkas Ketua Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAII) Provinsi Sulawesi Utara didampingi Ketua Rohis Dzaky Laiya dan Ketua Panitia Satria.


Acara diakhiri dengan dengan do’a penutup dan pemberian bingkisan dari Pengurus Rohis kepada para anak yatim dari Panti Asuhan Darussa’adah Ternate Tanjung Manado yang diundang khusus untuk kegiatan tersebut. (Spd)



Terkait