Tangerang (PAI) -- Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) sebagai pendidik dan pengajar ilmu pengetahuan seharusnya tidak hanya" />

Jurnal Ilmiah, Sarana Penguatan Kompetensi Literasi Abad 21 Bagi Guru

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Tangerang (PAI) -- Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) sebagai pendidik dan pengajar ilmu pengetahuan seharusnya tidak hanya sekadar mengenal literasi dalam bentuk bacaan dan tulisan tapi juga literasi baru yang menjadi tantangan Abad 21.

Literasi Abad 21 yang dimaksud menurut Tedy Supriadi, dosen Program Studi PAI di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sumedang yang juga pegiat dan praktisi jurnal ilmiah untuk kalangan pendidik ini adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi humanitas.

Lebih lanjut, lelaki kelahiran 1982 yang sudah menyusun 24 jurnal ilmiah nasional yang terpublikasikan ini mengatakan bahwa guru, tak terkecuali GPAI, harus mengenal dan akrab dengan jurnal ilmiah baik untuk publikasi dalam rangka pemenuhan angka kredit, juga untuk mendapatkan contoh sumber karya ilmiah yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Jurnal ilmiah adalah publikasi berkala dalam penerbitan akademik yang umumnya berupa laporan penelitian terbaru dengan tujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Jurnal ilmiah merupakan salah satu bentuk media publikasi karya tulis ilmiah.

"Ada dua jurnal ilmiah yang harus diketahui Bapak dan Ibu, yakni jurnal nasional terakreditasi atau sudah memiliki ISSN dan jurnal internasional terindeks scopus," ujar Tedy dalam kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Guru PAI SD/SDLB Angkatan 2 di Tangerang, 31 Maret 2021.

Dalam pelatihan penguatan publikasi Ilmiah untuk GPAI ini, Tedy langsung mengajak para peserta untuk praktik awal mengenal contoh-contoh jurnal yang sudah dipublikasikan.

Pertama, bagaimana cara memilih jurnal yang benar atau menetapkan target jurnal. Peserta diminta membuka website SINTA (Science and Technology Index). Di sana ada pembagian jurnal mulai dari S1 sampai S6. S3-S6 adalah jurnal ilmiah yang menggunakan bahasa Indonesia. Semakin kecil angka berarti makin tinggi levelnya.

Unsur-unsur jurnal ilmiah yang harus diketahui adalah abstrak, pendahuluan, metode ilmiah, temuan-temuan, analisis, kesimpulan dan referensi.

Langkah kedua, peserta diminta menyiapkan worksheet atau lembar kerja di MS Word untuk langsung membuat struktur tubuh jurnal ilmiah berdasarkan unsur-unsur di atas. Di sini diperkenalkan cara membuat susunan judul dan sub judul dengan bantuan Heading di MS Word.

Langkah ketiga, peserta diminta mencari bacaan-bacaan dari sumber yang valid meskipun gratis sebagai pelengkap dalam pembuatan karya ilmiahnya. Sumber itu bisa dikutip secara mudah dan dijadikan bahan referensi pada daftar pustaka. 

"Ada software yang free download untuk membantu menyusun sruktur jurnal ilmiah agar rapi dan mudah untuk dikelola ketika penulis mengambil kutipan dari orang lain, yakni Mandeley," jelas Tedy yang merupakan admin salah sebuah website jurnal ilmiah.

Mendeley merupakan kombinasi dari aplikasi desktop dan situs web yang dapat digunakan untuk mengelola, berbagi, dan mencari referensi maupun kontak.

Fungsi lain dari Mandeley ini seperti perangkat lunak plug-in Microsoft Word yang memungkinkan penulisan sitasi maupun daftar pustaka secara otomatis berdasarkan database Mendeley. Tujuan sitasi adalah untuk menjunjung kejujuran akademik/intelektual dan menghindari plagiarisme.

Kegiatan PPKB Angkatan 2 yang dilaksanakan selama tiga hari mulai 30 Maret s.d 1 April 2021 ini diikuti oleh 35 peserta GPAI dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian Agama RI. (Wikan/PAI).



Terkait