Tangerang (Direktorat PAI) -- Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam bekerja sama dengan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama menggelar Training of Trainers (TOT) Penguatan Moderasi Beragama (MB) bagi dosen Pendidikan Agama Islam dan Pelatihan Penggerak Penguatan MB bagi mahasiswa pada Perguruan Tinggi Umum (PTU).
Dua kegiatan yang berlokasi di Tangerang tersebut dibuka resmi secara virtual oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, Senin (24/7/2023). Turut hadir pula dalam pembukaan dan memberi materi, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno.
Ramdhani dalam arahannya menegaskan pentingnya MB untuk mewujudkan harmoni bangsa. Mengutip prediksi World Bank dan Bappenas, pria kelahiran Garut Jawa Barat ini menyebutkan Indonesia akan berada pada urutan ke-6 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia tahun 2045.
Menurutnya, kondisi ini akan terwujud bila ditopang oleh konteks kebangsaan yang harmonis. “Untuk itu, MB menjadi sangat penting dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmonis antaranak bangsa yang majemuk. Ini sebuah aksioma mengapa kita menggencarkan MB, termasuk melalui kegiatan ini,” ungkapnya.
“Pluralitas itu indah. Bila dunia ini diisi dengan keseragaman, tidak ada keindahan. Warna pelangi itu menjadi indah karena ada beragam warna yang terpadu. Moderasi beragama menekankan sikap toleran untuk menjamin harmoni kehidupan di tengah keberagaman. Selain itu, MB juga menolak kekerasan karena setiap elemen bangsa berhak untuk hidup secara damai,” tegas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Mengutip pandangan Gus Dur, Ramdhani mewanti-wanti agar agama dijauhkan dari tindakan keras dan kasar. “Menurut Gus Dur, manusia sanggup mengorbankan milik paling berharganya, bahkan termasuk jiwanya, ketika memperjuangkan tiga hal, yaitu kemerdekaan, cinta, dan agama. Ketika memperjuangkan tiga hal itu, tindakan yang diambil bisa melampaui sisi rasionalitas. Dalam hal inilah, salah satunya mengapa kekerasan atas nama agama terjadi. Namun, bila kita memiliki pemahaman agama yang mendalam dan komprehensif, dapat dipastikan kita akan bersikap wasathi (pertengahan, tidak ekstrem),” terangnya.
Mengakhiri arahan, Ramdhani menekankan perlunya pendekatan pembelajaran agama yang menyentuh hati. “Bumikan wajah Islam yang ramah, bukan marah. Mengajak, tidak mengejek. Merangkul tanpa memukul. Agama diajarkan dengan cara yang halus dan lunak untuk menyentuh hati. Tidak ditemukan dalam sejarah, sebuah ajaran akan dipegang dengan kuat bila diajarkan dengan cara-cara yang kasar dan keras. Ajarkan agama dengan santun, lembut, dan bijaksana. Perbedaan tidak bisa dihindari, akan selalu ada. Bila agama diajarkan dengan cara buruk, itu merupakan bentuk black fire (api hitam), dan itu bukanlah karakter agama. Jika Anda ingin jalan cepat, jalanlah sendirian. Jika ingin jalan jauh, jalanlah bersamaan. Membangun peradaban merupakan perjalanan panjang yang jauh. Bila ingin membangun peradaban, maka berjalanlah bersama-sama, jangan sendirian,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Sub-Direktorat Pendidikan Agama Islam pada PTU, M. Munir, mewakili Direktur PAI Ditjen Pendidikan Islam, melaporkan kegiatan TOT PMB diikuti 40 dosen Pendidikan Agama Islam pada PTU, sedangkan Pelatihan Penggerak PMB diikuti 40 mahasiswa PTU. Peserta yang lulus diorientasikan menjadi pelatih dan penggerak MB pada PTU asalnya, bahkan dapat disebar pada PTU dan instansi lainnya.
Kegiatan TOT PMB akan berlangsung selama 6 hari, 24-29 Juli 2023, sedangkan Pelatihan Penggerak PMB akan berlangsung selama 5 hari, 24-28 Juli 2023, bertempat di Day’s Hotel & Resort Tangerang, Banten. (Efa AF/bas/sri/TMPAI)