(MGMP PAI) Guru PAI Harus Menjawab Tantangan Era Millenial

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Demak (Dit. PAI) -- Bagi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI), Era Millineal saat ini menjadi tantangan tersendiri. Tuntutannya tidak hanya mencerdaskan anak bangsa dalam diri para millenial tersebut, tapi juga memperkuat dan memperbaiki moral mereka.

Tugas dan tanggung jawab tersebut memberat seiring kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan keberjarakan sosial. Demikian disampaikan Kasi Pais Kankemenag Demak Rahmi Indah Suciati dalam kegiatan Halal Bihalal dan Bedah Buku PAI Kurikulum Merdeka di Aula SMP Negeri 2 Demak (28/5/2022) yang diikuti GPAI di Kabupaten Demak.

Indah melanjutkan, GPAI harus melesat dan tidak boleh ketinggalan di tengah era milenial seperti sekarang. “Kita harus akrab dengan IT dan menjaga profesionalitas. Sekarang semuanya sudah digital, GPAI harus update teknologi,” tegasnya.

Terkait dengan Pendidikan profesi guru (PPG), Indah menjelaskan bahwa GPAI saat ini sudah difasilitasi oleh Kemenag pusat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kuncinya GPAI harus terus mengupdate data dan semua kegiatan yang dilaksanakan melalui aplikasi SIAGA yang dikelola Kemenag RI. “Semua GPAI, baik yang belum sertifikasi maupun yang sudah, sekarang ini wajib mengupdate data melalui SIAGA,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Tutik Cahyaningsih mengapresiasi kegiatan halal bihalal dan Bedah Buku Kurikulum Merdeka. “Semoga guru yang hadir dalam pertemuan ini bisa menjadi virus positif kepada guru PAI lainnya,” ungkapnya.

Tutik tidak berharap hal yang muluk terkait Kurikulum Merdeka kepada GPAI. Menurutnya, ada hal sederhana yang bisa dilakukan oleh GPAI di Demak saat ini, yakni cara dan solusi agar anak-anak sekolah itu bisa menghormati orang tua, menghargai temannya, dan juga menghargai gurunya di sekolah.

“Bagaimana anak-anak saat berceloteh dengan temannya bisa sopan dan baik. Bagaimana saat berbicara dengan gurunya sopan dan mengucapkan salam dengan penuh penghayatan. Hal ini yang menjadi tantangan GPAI sekarang ini,” ujarnya.

Kepala SMP Negeri 3 Mranggen ini berharap bahwa GPAI mampu menjadi role model di sekolah, menjadi teladan dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan  sekolah maupun masyarakat. “Setiap kali bertemu dengan GPAI, selalu muncul keinganan dan harapan agar anak-anak bisa hidup dengan menerapkan perilaku Islami. Saya sangat senang sekali jika perilaku tersebut bisa diterapkan. Hal ini juga sesuai dengan Kurikulum Merdeka dimana muaranya menuju ke Profil Pelajar Pancasila. Salah satunya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Mari, bersama-sama kita menyelamatkan anak bangsa,” harapnya.

Sementara itu Ketua MGMP PAI SMP Kabupaten Demak, Syaekudin, mengharapkan agar momentum Lebaran bisa meningkatkan kinerja GPAI. “Peran GPAI sangat penting karena di sana anak-anak bisa mencapai Profil Pelajar Pancasila. Semoga kita bisa meningkatkan kinerja karena bulan Syawal adalah bulan peningkatan,” tegasnya.

Pelatih Nasional GPAI Kemenag ini menerangkan peran GPAI tidak bisa diabaikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. GPAI berperan penting dalam mengarahkan proses pembelajaran menuju Profil Pelajar Pancasila seperti beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bekebhinekan global, bergotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis.

“Intinya Kurikulum Merdeka yang berorientasi dan berpusat kepada peserta didik harus bisa diimplementasikan dan membawa dampak yang positif bagi perubahan perilaku peserta didik. Ini menjadi tantangan bagi GPAI untuk menerapkannya dalam proses pembelajaran,” terangnya.

Sementara itu, M. Nasihin, anggota tim Bedah Buku PAI  Kelas VII Kurikulum Merdeka, mengatakan ada 1000 alasan orang untuk selalu maju dan berkembang. Sebaliknya, terdapat pula 1001 alasan bagi seseorang untuk gagal.

“Di sekolahku kok belum ikut kurikulum merdeka, kurikulum 2013 kan masih berlaku, mengapa ada kurikulum baru lagi dan alasan lainnya? Begitulah ungkapan pesimis tentang perkembangan kurikulum saat ini. Itulah mengapa keinginan maju sangat tergantung individu pelakunya,”ungkap mantan Koordinator Pengawas Dindikbud Kabupaten Demak ini.
Dia yakin bahwa GPAI di Demak mampu menjadi pelopor dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan siswa yang ada dan juga sarana serta prasarana yang sudah disediakan oleh pemerintah, Nasihin yakin bahwa GPAI juga bisa mendorong kemajuan di sekolahnya masing-masing.

“Meskipun GPAI tidak mempunyai pondok tapi kalian memiliki santri, yaitu siswa. Saya berkeinginan, GPAI bisa menjadi kyai dan bu Nyai yang menuntun anak didiknya di sekolah masing-masing. Terlebih, Kurikulum Merdeka ini memberikan ruang yang luas bagi pengembangan anak didik karena inti kurikulum merdeka berpusat pada peserta didik,” ungkapnya. (zis/SubditSMP)

Kontributor: Syaekhudin



Terkait