Bali (Direktorat PAI) – Peran dan tugas Guru PAI dapat diibaratkan selayaknya akuarium yang dapat dilihat dan diteladani dari berbagai sisi.
"GPAI itu seperti akuarium yang bisa dilihat dari berbagai sisi dan semua arah. Peserta didik bisa melihat dari segi baik buruk dan benar salahnya," tutur Direktur Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amrullah (6/6) di depan peserta kegiatan “Peningkatan ICT Guru PAI dan Pengawas PAI SD/SDLB" di Kuta, Bali.
Oleh karena itu, "Seharusnya GPAI tidak hanya mampu mengembangkan religious culture di sekolah tetapi juga digital culture,” ungkap Amrullah di depan 40 peserta kegiatan dari 8 provinsi di Indonesia ini.
Amrullah menambahkan, banyaknya handphone (HP) di Indonesia yang mencapai 3 kali lipat jumlah penduduk Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat dan mencapai lintas generasi.
Namun demikian, dirinya mengingatkan perlunya pemanfaatan dukungan teknologi itu dengan tepat. “Saya menilai, bagaimana cara menggunakan teknologi informasi amat tergantung dari siapa dan bagaimana karakteristik dari generasi tersebut. Akan beda kecepatan dan kebutuhan antara generasi X dengan generasi milineal apalagi generasi Z,” katanya.
Amrullah pun menambahkan, para guru, khususnya guru PAI (GPAI), harus menguasai paling tidak dua hal mendasar dalam penggunaan Information and Communication Technology. Pertama, para guru jangan sampai ditinggalkan muridnya lantaran kalah canggih alias tidak bisa mengikuti perkembangan mereka dalam mengenal ICT. Mereka paling tidak minimal harus mampu membimbing para siswa.
Kedua, para guru harus senantiasa memiliki paradigma baru dalam penggunaan ICT untuk pembelajaran. “Jangan berhenti di situ saja, karena para guru harus memahami fungsinya yang tidak sekadar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value dan transfer of skill," jelasnya.
Sementara itu Kepala Subdit PAI SD/SDLB Nanik Puji Hastuti, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan yang diselenggarakan tiga hari dari 6-9 Juni 2023 ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas potensi guru PAI agar mereka lebih profesional di bidang Information and Communication Technology (ICT).
Mengutip hasil PK Online yang diselenggarakan oleh Direktorat PAI secara nasional pada bulan Mei 2023, Nanik memberi perhatian dan tekanan khusus tentang hal ini.
"Berdasar hasil Pemetaan Kompetensi (PK) Online Direktorat PAI, kita perlu memberikan perhatian yang memadai terhadap hasil yang ada. Berbagai penguatan terkait kompetensi dan profesionalitas GPAI perlu segera kita jalankan dengan tepat," urai alumni Universitas Indonesia ini.
"Oleh karena itu," sambungnya, "ikhtiar dari Direktorat PAI, dalam hal ini Subdit PAI pada SD/SDLB, adalah meningkatkan kemampuan profesional para GPAI dan Pengawas PAI SD dalam inovasi pembelajaran dengan menggunakan dukungan ICT."
"Kita tetap harus optmis dalam bekerja, meski dengan keterbatasan anggaran yang belum memungkinkan daya jangkau hingga seluruh 34 provinsi (baru 8 provinsi yang diundang dalam kegiatan ini)," ungkap Nanik yang sebelumnya menjabat sebagai Kasubdit Kesiswaan pada Direktorat KSKK Madrasah. (Wikan)