Jakarta (Direktorat PAI)-Senin, 20 Februari 2023. Bertempat di Kantor United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, perwakilan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), UNDP, Kemendikbudristek, dan Kemenag mengadakan Focus Group DIscussion (FGD) guna membahas berbagai hasil temuan monitoring implementasi creative and critical thinking (CCT) dalam pembelajaran PAI pada SMA dan SMK. Kegiatan monitoring itu sendiri berlangsung sejak tanggal 8 hingga 17 Februari 2023.
Kegiatan ini merupakan inisiatif AGPAII dan UNDP dalam upaya mengarusutamakan model pembelajaran yang mengedepankan CCT khususnya bagi pelajar SMA dan SMK. UNDP sendiri memiliki program bertajuk Preventing Violent Extremism Through Promoting Tolerance and Respect for Diversity (Protect) Project, yang salah satu targetnya erat berkaitan dengan implementasi CCT.
Keterampilan CCT dapat membantu pembentukan karakter peserta didik yang “aware” dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Siswa secara mandiri dapat memilah setiap data dan informasi yang diterima serta mempertimbangkan dampak dari data dan informasi tersebut bagi kehidupannya.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Senior Technical Advisor UNDP Indonesia Syamsul Tarigan, bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan membantu siswa dalam membentengi dirinya dari berbagai pemikiran ekstrim yang kontraproduktif.
“Kita sadar bahwa ada berbagai persoalan ekstrimisme baik secara pemikiran maupun perbuatan yang perlu kita tangani secara komprehensif, salah satunya melalui jalur pendidikan. Dengan penguatan CCT ini, diharapkan ada kontribusi nyata yang sifatnya preventif,” ujarnya.
Syamsul menggarisbawahi bahwa hasil monitoring perlu memperhatikan berbagai aspek yang saling bertautan, sehingga diperoleh gambaran yang lebih utuh tentang mata rantai problematika implementasi CCT pada pembelajaran PAI.
“Kalaupun dalam monitoring ini kita melihat kecenderungan para Guru PAI belum sepenuhnya menerapkan model CCT, maka kita perlu mencari contoh praktik baiknya sebagai pembanding. Dengan demikian permodelan yang kita dapatkan lebih beragam,” terang Syamsul.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina AGPAII Mahnan Marbawi sependapat bahwa perlu ada elaborasi lebih lanjut untuk mematangkan hasil temuan monitoring agar nantinya menghasilkan kesimpulan yang tidak bias dan benar-benar teruji validitasnya dalam rangka untuk mendukung usulan kebijakan kepada pihak-pihak terkait.
“Saya kira para Guru PAI sudah sangat memahami tentang urgensi CCT, hanya saja memang perlu penguatan agar dampaknya betul-betul terlihat pada karakter peserta didik. Kita tidak bisa hanya melihat yang kurangnya saja, tapi perlu juga melihat konsideran lainnya yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran,” kata Mahnan.
Opini senada juga dikemukakan oleh Ida Farida, Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) pada Subdit PAI pada SMA/SMALB/SMK Direktorat PAI, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Ida yang terjun langsung mendampingi kegiatan monitoring melihat bahwa inisiatif yang dilakukan AGPAII dan UNDP ini erat irisannya dengan program Direktorat PAI khususnya di bidang Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Guru PAI.
Ia mengatakan bahwa pihak Direktorat PAI siap bekerja sama dengan UNDP Protect Project dalam rangka penguatan kompetensi Guru PAI dalam menerapkan CCT, terutama melalui pelatihan-pelatihan PPKB yang diselenggarakan oleh direktorat.
“Diharapkan program CCT ini turut memperkuat PAI pada Kurikulum Merdeka dan juga pada PPKB, nanti tinggal diinsersi pada aspek yang tepat,” pungkas Ida yang hadir mewakili Kasubdit PAI pada SMA/SMALB/SMK.
Sebanyak 7 SMA dan SMK se-Kabupaten Bogor dan se-Kota Bogor menjadi piloting implementasi CCT pada pembelajaran PAI. Sebelum pelaksanaan monitoring, Guru PAI sekolah bersangkutan terlebih dulu mendapatkan pelatihan CCT pada bulan Desember 2022. Adapun SMA dan SMK yang menjadi piloting meliputi SMAN 1 Kota Bogor, SMAN 2 Kota Bogor, SMAN 1 Cigombong, SMKN 3 Kota Bogor, SMKN 1 Cibinong, SMKN 1 Bojonggede, dan SMK Wikrama Kota Bogor. (APR)