Susun Soal PAI Tingkat Dasar dan Menengah, Kasubdit SD/SDLB: Hindari Soal Bermasalah

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Padang (Direktorat PAI) – Direktorat Pendidikan Agama Islam, melalui Sub Direktorat PAI pada SD/SDLB, menyelenggarakan Kegiatan "Pembuatan Soal PAI Tingkat Dasar dan Menengah Angkatan II" di Padang, 28-30 September 2022. Kegiatan ini adalah kelanjutan kegiatan serupa yang diselenggarakan sebelumnya di Bandung.

Diikuti 45 peserta kegiatan, yang terdiri atas guru PAI terseleksi dari seluruh Indonesia, kegiatan ini diarahkan untuk mereviu ulang, membahas, dan mematangkan kartu soal yang menjadi output kegiatan sebelumnya. Hadir dalam kegiatan ini Kakanwil Kemenag Provinsi Sumatera Barat beserta jajarannya.

Dalam sambutannya, mewakili Direktur Pendidikan Agama Islam, Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) PAI pada SD/SDLB, Imam Bukhori, menyatakan bahwa soal ujian sekolah yang baik adalah soal yang tidak bermasalah. "Soal ujian yang baik tentu saja merupakan soal ujian yang tidak mengandung masalah. Dari beberapa kejadian dan problem terkait hal ini, kita tahu bahwa kita harus sangat hati-hati dan cermat dalam menyusun soal ujian," kata Imam Bukhori (28/9) yang baru dilantik selaku Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) PAI pada SD/SDLB pada 20 September 2022.

Dirinya juga menekankan beberapa hal penting yang harus dihindari agar soal tidak disebut bermasalah. “Pertama, jelas bahwa soal ujian sekolah tidak boleh menyinggung unsur SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan tidak menyanjung merek dan bias bisnis. Yang penting lagi soal tidak mengandung pornografi dan pornoaksi. Jangan pula menyebutkan kalimat-kalimat sadisme," katanya sambal menekankan soal fiqih, "untuk soal terkait fiqih, soal yang disusun agar tidak mengedepankan khilafiah (perbedaan mazhab) yang tajam dan tidak menyinggung soal khilafah,” paparnya.

Mantan Kasi pada Subdit Kurikulum dan Evaluasi Direktorat KSKK Madrasah ini juga mengingatkan tentang kualitas soal dan HOTS. “Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah perlunya memperbaiki kualitas soal. Buatlah soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills), tetapi siswa mudah menjawabnya karena tekanannya bisa menjawab soal dengan berpikir dan bernalar dengan baik,” ujarnya.

“Buatlah soal ujian yang sekontekstual mungkin artinya memang dialami oleh siswa sehari-hari. Soal yang baik adalah soal yang bisa dipahami oleh peserta dengan baik pula karena memang mereka mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun lingkungannya,” tambahnya.

Ia juga berpesan tentang pentingnya rekapilutasi hasil ujian. “Terakhir yang tak kalah penting, hasil dari ujian sekolah nantinya agar bisa direkapitulasi mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat pusat sebagai bahan evaluasi bersama,”pungkas Imam Bukhori. (Wikan)



Terkait