Direktur PAI: GPAI Harus Siap dengan Paradigma Baru

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Bandung (Dit. PAI) -- Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI), Amrullah menyoroti fenomena kondisi peserta didik di kelas terkait peran para guru yang mengajar dan mendidiknya.  Hal ini ia sampaikan di depan 30 guru peserta kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Angkatan ke-2 di Bandung, 27-29 Juli 2022.
“Bila pengetahuan yang dimiliki guru sama dengan apa yang diterima oleh peserta didik, maka ini masih paradigma lama,” ujarnya.

Dirinya menekankan, Paradigma baru di era pendidikan sekarang guru harus bisa memberi semangat. “Dalam paradigma baru, siswa tidak hanya menerima ilmu guru,  tetapi memberi semangat kepada anak didik agar menerima lebih mendalam, bahkan lebih dari  apa yang dimiliki guru dan ajarkan.  Pada paradigma baru, siswa bisa melampaui gurunya,” tuturnya.

Amrullah juga menekankan bahwa setiap peserta didik memiliki kompetensi berbeda-beda dan  intelgensia berbeda-beda.  "Kompetensi para guru perlu di-update, tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki di masa lalu dengan keadaan di masa kini. Guru harus banyak mengakses sumber-sumber ilmu.   Sumber-sumber  ilmu tidak hanya didapat dari buku-buku tapi sekarang bisa melalui media, HP, juga bahan lainnya.  Jika ini tidak diikuti oleh guru-guru bisa ada kekhawatiran siswanya juga demikian. Sama-sama tidak updated dan up graded,"jelas Amrullah.

“PPKB adalah upaya untuk mewujudkan paradigma baru dalam mengajar, yakni senantiasa meningkatan potensi dan kompetensi” katanya.

Dalam sambutannya, Direktur PAI juga menginformasikan terkait sertifikasi guru dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).  Pada tahun ini PPG tidak hanya dibiayai dari sumber dana APBN, tetapi beberapa pemerintah daerah juga  ikut berpartisipasi membiayai PPG di daerah lewat APBD.

“Hal menggembirakan, mulai Batch 3 pada September mendatang Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan juga akan membiayai PPG sebanyak 10 ribu guru.  Artinya, dukungan anggaran seperti ini akan mengurangi daftar tunggu peserta PPG. Kita harapkan, dalam jangka waktu 5 tahun target PPG akan selesai,” papar alumni UIN Jakarta ini.

"Tidak hanya  itu, ada skema lain dalam regulasi selain tiga skema biaya di atas, yaitu peran lembaga pendidikan yang sudah memiliki kecukupan untuk membiayai PPG meskipun beberapa masih ditunda untuk saat ini,  misalnya lembaga CSR (Corporate Social Responsibilty)  dari  bank. Di Malang, bahkan PDAM pun ikut membiayai PPG,"cetusnya. 

PPG adalah sebuah program pendidikan guru untuk meningkat kompetensinya seperti kompetensi pedagogik, professional, social dan kepribadian (personal).  Untuk GPAI ditambah kompetesi spiritual dan leadership. Beberapa kendala utama dalam pelaksanaan PPG di lapangan adalah masih minimnya pelayanan kepada guru-guru.  
Amrullah berharap jangan sampai ada peserta PPG yang tidak lulus karena bisa menambah antrean.  “Dari data resmi terkait, masih ada retaker (pengulang), artinya peserta PPG belum lulus karena harus mengulang Uji Pengetahuan (UP) atau Uji Kinerja (Ukin) PPG. Jumlahnya sekitar seribu orang,” terangnya.

Di akhir sambutannya, Direktur PAI juga memberi semangat kepada peserta PPKB karena kegiatan ini bisa dikatakan langka karena merupakan kelanjutan dari ToT. Sekembaliya ke daerah masing-masing, para pelatih provinsi ini juga bisa berkoordinasi dengan sekolah masing-masing, untuk ikut mengetahui siapa saa guru yang masih retaker, peserta PPG yang akan UP atau Ukin atau siapa saja yang akan mengikuti PPG Batch 2. Poinnya, PP dapat ikut membantu sebagai guru pamong. (Wikan)



Terkait