GPAI SLB Mampu Mengembangkan Diri dengan PTK

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Bandung (Direktorat PAI) -- Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dari pelaksanaan kegiatan Guru Master Pendidikan Agama Islam (PAI) SD/SDLB, tanggal 17-19 Mei 2022 di Bandung, terlihat banyak GPAI SLB sudah memulai melakukan PTK di lapangan.

Penelusuran tim media PAI menunjukkan hal tersebut. Syahrir Laode Sika, GPAI SLB dari SLBN A Pajajaran Kota Bandung, menyatakan bahwa PTK-nya pernah dijadikan bahan penyusunan dan penelitian skripsi. Syahrir yang juga Ketua Forum Komunikasi Guru (FKG) PAI SLB membuat PTK terkait pembelajaran Al Quran.

Supron Ridisino, GPAI SLB lainnya, yang bertugas di SLB-A Bina Insani Bandar Lampung dan tengah menyelesaikan disertasi doktoralnya di bidang Pengembangan Masyarakat Islam UIN Raden Inten Lampung, juga telah menyusun PTK dengan judul “Rekayasa Bahan Ajar Menggunakan DAISY DTB pada Pembelajaran Al-Quran Kelas VII SMPLB-A Bina Insani Kota Bandar Lampung”.

Supron berharap, lewat PTK itu pihak-pihak terkait bisa memperhatikan terpenuhinya kebutuhan SLB dalam hal pembelajaran Al Quran dengan sarana yang lebih memenuhi prinsip universal design. Artinya, bahan ajar itu mudah diakses siswa ABK khususnya tunanetra yang lebih banyak mengandalkan sarana audio.

Sementara itu, Yunisma Kurniawati Khasanah dari SLB Negeri 1 Sambiroto Ngawi, Jawa Timur bisa dikatakan sudah tidak asing melakukan PTK. Ia mencontohkan ketika di awal mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dengan metode bernyanyi dalam rangka mengatasi masalah kurangnya respons mereka untuk belajar di kelas. Ia juga pernah melakukan PTK terkait metode sentuhan untuk mengajak siswa belajar PAI secara pelan-pelan.

Sementara itu, menurut dosen FKIP Universitas Islam Nusantara Bandung Lilis Suwandari, salah satu narasumber kegiatan, menyatakan bahwa PTK memiliki peran penting karena menempatkan guru sebagai peneliti bukan sebagai informan pasif. Selain itu, PTK menempatkan guru sebagai agen perubahan dan mendorong kerja kelompok antarguru, siswa, dan staf pimpinan sekolah lainnya dalam membangun kinerja sekolah yang lebih baik.

Dalam implementasinya, PTK adalah bagian dari kompetensi profesional guru dalam mengembangkan diri terutama dalam hal karya tulis. PTK ditekankan untuk semua guru di sekolah tanpa memandang guru biasa atau guru inklunsif.

Selain Lilis, narasumber lain, yakni Teti Ratnawulan yang juga dosen Universitas Islam Nusantara Bandung, menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada karakteristik khusus untuk PTK yang dilakukan oleh para guru SLB.

Fokus utama PTK umum dan khusus tunanetra dan tunadaksa adalah masalah pada proses aspek pembelajaran peserta didik, seperti perhatian, minat, motivasi, kebiasaan, sikap, komitmen, dan kesadaran. Masalah lainnya, menurut Teti, terkait dengan perencanaan, strategi, pendekatan, model, dan gaya pembelajaran. Selain itu, masalah sarana prasana mulai dari metode, media, alat bantu pembelajaran dan sistem evaluasi juga membayangi.

Menurut Teti, beberapa kendala yang dihadapi guru dalam melakukan PTK adalah lemahnya pemahaman konsep dan prinsip-prinsip PTK itu sendiri, kendala yang berhubungan dengan PTK sebagai strategi pengembangan profesi guru, dan kendala yang berhubungan dengan reflecting thinking dan tidak adanya pembimbing peneltian di sekolah. (Wikan)



Terkait