Puasa Memperkaya Dimensi Sosial

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Serpong (Direktorat PAI) – Puasa bukanlah terutama mengenai keharusan untuk menahan lapar dan haus. Lebih jauh, puasa memiliki manfaat yang penting untuk mengembangkan dimensi sosial individu yang menjalankannya.

“Puasa memiliki manfaat yang besar untuk memperkaya dimensi sosial bagi yang menjalankannya. Dengan berpuasa, seseorang dapat membangun relasi sosial atas dasar keikhlasan yang lebih dari biasanya,“ kata Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani (26/4/2022).

Dirjen menambahkan, dimensi sosial menjadi penting karena terkait dengan proses tumbuh kembang individu. Dhani, demikian dirinya dipanggil, menyatakan hal tersebut dengan mengangkat perspektif empat pilar well-being menurut Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Tiga pilar lainnya adalah pilar psikologi, fisik, dan kognitif.

Dirjen Pendidikan Islam yang juga mantan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga menekankan makna puasa sebagai upaya untuk “mengobati” diri, secara fisk maupun mental dari kotoran yang ada.

“Penelitian apapun, mengenai manfaat dan dampak secara psikologis puasa, menunjukkan dengan terang bahwa puasa adalah proses detoksifikasi. Tubuh dan mental diminta untuk melakukan refleksi atas kualitas perjalanan diri sebelumnya,” ungkap Dhani, pemegang Rekor Penulis Artikel Ilmiah dengan Sinta Score Tertinggi untuk Kategori Perguruan Tinggi Keagamaan Tahun 2018 ini.

Dalam kaitan puasa dan kinerja pegawai Kementerian Agama, Dhani mengingatkan kembali pentingnya Lima Budaya Kerja Kementerian Agama (Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan Keteladanan). “Puasa adalah kawah candradimuka pengembangan diri pegawai Kementerian Agama. Dalam konteks pengembangan kemampuan sumber daya, puasa terhubung erat dengan, setidaknya, budaya kerja profesionalitas dan integritas,” urainya.

Pegawai yang profesional, sambungnya, adalah mereka yang memiliki semangat belajar sekaligus berkemungkinan besar sebagai pemilik sejarah. “Patut kita renungkan ujaran sederhana bahwa ‘orang yang terpelajar adalah pemilik masa lalu, sementara orang yang mau belajar adalah pemilik masa depan’,” terangnya.

Sementara mengenai integritas, tambah Dhani, pada dasarnya adalah mengenai kejujuran. Kejujuran membangun rasa percaya antarindividu. Dengan begitu, rasa percaya adalah produk integritas. "Saya berharap dan berpesan dua hal mendasar ini pada konteks pengembangan sumber daya Ditjen Pendidikan Islam, yakni profesionalitas dan integritas," pungkasnya.

Dirjen Pendidikan Islam menyampaikan motivasi pengembangan sumber daya Ditjen Pendidikan Islam tersebut dalam kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan pada 26 -28 April 2022 di Serpong. Turut hadir, Direktur Pendidikan Agama Islam, para Kasubdit, Kasubag TU, para Pengembang Teknologi Pembelajaran, GPAI, dan JFT/U. (01)



Terkait