PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MELALUI PEMBELAJARAN DIFERENSIASI DAN MODERASI

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Penanggung jawab kegiatan workshop Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SD/SDLB Angkatan 1, Ilham, memberikan laporan kegiatan di depan para peserta di Bogor, 31 Agustus 2021.

Dalam laporannya Ilham bersyukur akhirnya kegiatan bisa terselenggara meskipun masih kondisi pandemik dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Acara tiga hari dari 31 Agustus-2 September 2021 yang diikuti oleh 40 guru PAI SD se-Jawa ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi GPAI dalam pembelajaran di kelas sesuai kurikulum nasional.

Ilham mengingatkan kembali prinsip-prinsip kurikulum. Pertama relevansi, di mana kurikulum harus relevan antara komponen dengan IPTEK dan kebutuhan masyarakat. Kedua fleksibilitas, kurikulum bersifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, sesuai dengan situasi dan kondisi. 

Ketiga kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, keempat prinsip efisiensi; yakni dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat. Kelima prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan baik secara kualitas maupun kuantitas.

Narasumber yang dihadirkan adalah seorang Instruktur Nasional, Erwin Wasti yang menyampaikan terkait pengembangan kurikulum PAI dengan pendekatan internalisasi nilai-nilai diferensiasi dan moderasi.

"Guru dalam implementasinya di kelas melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang efektif dan efesien  sesuai edaran Mendikbud No. 14 tahun 2019 bisa menggabungkan pembelajaran  diferensiasi  dan moderasi sekaligus," ujar Erwin.

Menurut guru PAI dari Sumatera Utara ini, pembelajaran diferensiasi merupakan pembelajaran yang memperhatikan keberagaman peserta didik berdasarkan minat, kesiapan dan gaya belajar. Hal ini dilakukan karena setiap anak unik dan memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses pembelajaran. Praktik pembelajaran diferensiasi merupakan usaha guru dalam mengimplementasi nilai-nilai moderasi, yaitu nilai – nilai yang mengakomodir perbedaan pada seluruh aspek kehidupan peserta didik. 

Tidak hanya guru yang punya tanggung jawab untuk mengimplementasikan nilai-nilai moderasi dalam pembelajaran diferensiasi, siswa juga harus merasakan pembelajaran bermakna dengan mengalami pembelajaran yang terinternalisasi di dalamnya nilai – nilai moderasi. 

Penerapan moderasi dapat diperoleh siswa dalam aktiviatas belajarnya baik dalam dianamika kelompok ataupun pembelajaran secara personal. 

Ketika siswa memahami apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan teman dalam satu kelompok diskusinya, secara sadar siswa tersebut sudah mempraktikan nilai tasamuh dalam proses belajarnya. 

Saat siswa secara berkelompok menetapkan untuk mengerjakan tugas di rumah temannya yang tidak jauh dari rumah gurunya, maka secara tidak langsung kelompok siswa sudah mempraktikan nilai tawazun dalam proses belajarnya.

"Dalam pembelajaran diferensiasi, guru mampu mengenali gaya belajar siswa, kesiapan siswa dan  karakter masing-masing melalui tiga diferensiasi yakni proses, konten dan produk," ungkap Erwin.



Terkait