Pentingnya Konversi Nilai Agama Dalam Birokrasi

Illustrasi Foto (Direktorat PAI Kemenag)

Bekasi (Dit.PAI) – Hal tersebut disampaikan oleh Akhmad Muqowwam selaku Ketua Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) pada kegiatan Rapat Koordinasi Program Pendidikan Agama Islam di Bekasi. Pada kesempatan itu, Akhmad menjelaskan pentingnya transformasi nilai-nilai spiritualitas dalam kebijakan pemerintah untuk mengharmoniskan antara visi agama dan negara.

Mengkonversi nilai-nilai agama ke dalam hukum positif menjadi salah satu tugas kita semua, yang tidak hanya sekedar tugas birokrasi di lingkungan Kementerian Agama, jelas Akhmad kepada seluruh pegawai Direktorat PAI, Jum'at (07/05/2021).

Menurutnya, peran Aparatur Sipil Negara (ASN) pada lingkungan pemerintah memiliki posisi strategis dalam menyusun kebijakan yang dilandasi nilai-nilai agama dalam mengatasi persoalan sosial masyarakat di Indonesia.

Misalnya Litbang Kemenag RI melakukan kajian terkait berapa banyak regulasi yang dilahirkan bersumber dari agama Islam di zaman Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi, kita kaji Bersama, tidak hanya tekstual pesantren semata, tetapi bagaimana kemudian tekstualitas itu kemudian kita dinamisir, kita hadapkan dengan persoalan-persoalan agama Islam di Indonesia ini.” Paparnya.

Lebih lanjut, mantan Komisi II Anggota DPR RI periode 2009-2014 ini juga menjelaskan bahwa jumlah umat islam di Indonesia hingga saat ini semakin menurun. Persoalan tersebut akan semakin rendah jika tidak ditangani secara serius.

“Kurang lebih dalam 34 tahun, prosentase umat Islam di Indonesia hari ini turun sepuluh persen, dari 96 persen menjadi 86 persen, Jika ini tidak dianggap sebagai situasi kritis sebagai suatu masalah, bukan tidak mungkin, lama-lama prosentasi kita menurun,” jelasnya.

Diakhir paparan, Akhmad menyampaikan bahwa strategi dakwah yang tepat menjadi salah satu alternatif untuk menguatkan paham kebangsaan bagi generasi milenial.

“Dakwah harus terus dilakukan, tetapi dakwah yang kontekstual, tidak hanya dakwah yang bersifat milenial tetapi dakwah yang dihadapkan pada persoalan-persoalan bangsa, agar anak cucu kita kelak mengenal betapa berharganya negeri kita ini,” tutupnya. (Miftah/Bahrul/Tim Media PAI)



Terkait