Bogor (Dit. PAI) -- Saat ini, Kurikulum Merdeka Belajar sedang happening, sedang mendapatkan banyak perhatian semua kalangan pendidikan. Kurikulum ini menjadi harapan bersama setalah kondisi pandemi Covid-19 mengguncang pendidikan nasional karena berbagai dampak sosialnya.
Tim media Direktorat PAI (Subdit SD) merangkum isu penting ini berdasar materi yang disampaikan Erwin Wasti, salah satu narasumber kegiatan Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PAI yang dilaksanakan di Bogor, 21-23 Juni 2022.
Salah satu poin krusial dalam kurikulum Merdeka adalah jam pelajaran, di mana tidak ada perubahan total jam pelajaran. Jam pelajaran (JP) setiap mata pelajaran dialokasikan untuk dua kegiatan pembelajaran, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila.
Jadi, jika dihitung JP kegiatan belajar rutin di kelas (intrakurikuler) saja, terlihat seolah-olah JP-nya berkurang dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Namun, selisih jam pelajaran tersebut dialokasikan untuk proyek penguatan profil Pelajar Pancasila.
Proyek penguatan profil pelajar Pancasila menjadi penting dilaksanakan dengan alokasi waktu khusus guna memberi kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan”, bukan sekadar “menerima” pengetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya .
Namun, apa sebenarnya proyek penguatan profil Pancasila?
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler di dalam kelas.
Dalam kegiatan proyek ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting sehingga peserta didik bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Proyek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Erwin Wasti menyebutkan, terdapat 6 dimensi yang diharapkan dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yakni (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, (2) berkebhinekaan global sehingga menuntut saling menghargai, (3) bergotong royong yang menjadi sendi utama dalam membangun bangsa.(4), kemandirian, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. (Wikan)