Malang (Dit. PAI) – Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Rohmat Mulyana Sapdi mendukung pembentukan organisasi Mahasiswa Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang telah dikukuhkan oleh Dirjen Pendidikan Islam dan Dirbelneg Ditjen Pothan Kemenhan. Menurutnya, pembentukan organisasi Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara di PTU adalah langkah yang tepat untuk memberikan dampak secara berkelanjutan dalam pengarusutamaan moderasi beragama di kalangan mahasiswa.
“Kalau moderasi beragama hanya sekedar 2 s.d. 3 hari mengumpulkan para mahasiswa kemudian dikasih ceramah, pulang sudah tidak ada lagi bekasnya, tidak ada dampaknya, paling melekat menambah pengetahuan. Tetapi yang kita inginkan adalah pandangan yang radikal, menyalahkan orang lain dan anti keragaman bisa secara bertahap kita arahkan pada pandangan yang moderat, dan upaya untuk melakukan itu hanya bisa dilakukan kalau kita berjalan bersama dalam satu ikatan komitmen keorganisasian,” jelas Rohmat saat memberikan arahan di Malang, Jumat (29/07/2022).
Rohmat menegaskan agar cara pandang mahasiswa dalam berorganisasi tidak mengutamakan prinsip homogen, tetapi juga dibiasakan dengan lingkungan heterogen untuk melatih dan membentuk sikap moderat dari sebuah perbedaan.
“Mahasiswa jangan terlalu memiliki pandangan yang mengutamakan homogenitas, harus dibiasakan dalam wadah ini juga yang heterogenitas. Karena homogenitas merugikan moderasi beragama. Cara pandang menghargai perbedaan itu akan lebih terbiasa Ketika kita hidup dalam keberagaman,” tegas Rohmat.
Direktur PAI periode 2018-2021 ini juga menguraikan agar mahasiswa yang tergabung dalam organisasi tersebut setidaknya memiliki tiga kewajiban untuk memperkuat moderasi beragama. “Mahasiswa yang terlibat dalam organisasi ini setidaknya memiliki 3 kewajiban, pertama memperkuat moderasi beragama melalui pendekatan yang sifatnya preventif, kedua secara promotif, dan ketiga secara kuratif,” paparnya.
Rohmat melanjutkan pendekatan secara preventif yang dimaksud adalah melalui kajian, dialog dan diskusi dengan teman sejawat, sedangkan peran Dosen PAI adalah dengan memberikan pandangan moderat selama proses perkuliahan. Kemudian pedekatan promotif adalah mahasiswa harus mencoba menyampaikan gagasan tentang wawasan moderasi beragama kepada teman sejawat, baik melalui tulisan atau bentuk ekspresi lainnya. Terakhir adalah kuratif, walaupun tugas ini lebih kepada tanggung jawab BNPT, namun mahasiswa bisa memerankan diri untuk mendampingi dan memberikan arah yang jelas terhadap pandangan radikal ke pandangan yang moderat.
Diakhir paparan, Rohmat berpesan moderasi beragama bertujuan untuk membentuk sikap menerima keberagaman di lingkungan sosial dan memperkuat keyakinan dalam menjalankan perintah agama. “Moderasi beragama sesungguhnya lebih memilih penghargaan terhadap perbedaan secara sosial, tidak ada sedikitpun moderasi beragama untuk mendangkalkan keagamaan,” pungkasnya.
Kasubdit PAI pada PTU, M. Munir selaku Penanggungjawab program juga menyampaikan Pengukuhan Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara di PTU dibarengi dengan kegiatan Basic Leadership Training Moderasi Beragama Mahasiswa Islam yang merupakan program lanjutan dari tahun sebelumnya. Kegiatan ini juga diikuti 149 Mahasiswa yang didampingi 71 Dosen PAI dari 71 Perguruan Tinggi Umum.
“Ini merupakan lanjutan program dari tahun 2021, dengan dibentuknya duta moderasi beragama yang dimulai di kota pahlawan Surabaya dengan melibatkan 26 Perguruan Tinggi Umum kemudian dilanjutkan secara bertahap di Solo, Bandung dan Bekasi, terus berlanjut rapat demi rapat baik online maupun offline. Hingga saat ini melibatkan 71 Perguruan Tinggi Umum,” pungkasnya.