BAnjarmasin (Pendis) Dalam sambutan penutupan acara Penguatan Pendidikan Karakter, Deradikalisasi dan Moderasi Islam Angkatan 3 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (1/11/2019), Rohmat Mulyana Sapdi selaku Direktur Pendidikan Agama Islam menghimbau para guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) untuk menjauhi intoleransi baik kepada siswanya maupun diri mereka sendiri.
"Jangan sampai intoleransi tumbuh di lingkungan sekolah, karena guru tidak ajarkan intoleransi di Sekolah, para GPAI punya kewajiban utama mengajarkan moderasi Islam hingga siswa muslim berhasil menjadi muslim yang kaafah,"ujar Rohmat.
Ditinjau dari kebijakan pengembangan PAI oleh direktorat, kegiatan yang dilaksanakan pada 30 Oktober hingga 1 November 2019 ini merupakan kegiatan unggulan terlebih setelah dilantiknya menteri Agama RI dalam Kabinet Indonesia Maju. Moderasi Islam adalah sebuah upaya mengajak seluruh elemen bangsa terutama umat muslim untuk bersikap tengah-tengah (wasathan), seimbang dalam hidup beragama, tidak ekstrim kanan maupun ekstrim kiri.
Ciri dari Moderasi Islam adalah berkembangnya sikap toleransi antar umat beragama, menerima perbedaan dan memiliki kosep berpikir bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Islam rahmatan lil alamin).
Diikuti 60 peserta dari perwakilan beberapa provinsi acara ini ditujukan sebagai sarana perluasan wawasan yang harus dimiliki anak didik serta menanamkan nilai-nilai keimanan. Tentu saja melalui peran para GPAI nya. Demikian disampaikan oleh Kepala Subdit PAI SD/SDLB,Ilham dalam laporan singkatnya.
Sementara itu narasumber dari Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, Saprillah Syahrir menyatakan adanya tantangan keagamaan yang bersifat kontemporer. Untuk menangani problem keagamaan dibutuhkan regulasi yang tepat dan religious agency dengan kapasitas baik. Para GPAI sebagai religious agency harus memiliki syarat pertama landasan agama yang kuat, berkarakter moderat, pikiran dan wawasan yang terbuka (open minded) dan terakhir memiliki perspektif kemanusiaan.(Wikan/hik)