Tangerang (Pendis) - Tahun 2019 ini akan menjadi tahun pertama Kemenag hadir untuk dosen PAI. Begitulah kira-kira kesimpulan dari beberapa komentar haru para dosen PAI yang dipertemukan dalam forum Penguatan Kompetensi Dosen PAI untuk bina Karir dan Profesi, 15-17 Juli 2019 di Serpong. Sebanyak 60 dosen dikumpulkan untuk menerima sosialisasi dalam mengakses bantuan yang tersedia. Bersamaan dengan itu pula, para dosen langsung diminta untuk melengkapi data dirinya secara online melalui aplikasi yang disediakan.
Antusiasme dosen terlihat cukup tinggi setelah mendapatkan informasi tersebut. Hingga berita ini diturunkan jumlah data dosen yang masuk sudah mencapai lebih dari 500.
Program bantuan tahun pertama untuk dosen PAI ini adalah bantuan penelitian pembinaan, penulisan buku ajar, beasiswa peningkatan kualifikasi, bantuan kemitraan dan penguatan kegiatan keagamaan kemahasiswaan.
Meski secara kuantitas belum memadai, namun program-program ini menunjukkan peningkatan kepedulian negara yang signifikan terhadap dosen PAI. Rohmat Mulyana menyampaikan bahwa upaya mengoptimalkan besaran dana bantuan juga ditempuh melalui berbagai cara. Misalkan saja, untuk dapat mengakses bantuan penelitian yang lebih besar bisa melalui pintu Direktorat PTKI dan untuk dapat mengakses bantuan kuliah secara penuh dapat mendaftarkan diri melalui program 5000 Doktor.
"Komunikasi intensif dilakukan dengan unit-unit kerja lain. Itu yang kami sebut mengoptimalkan `takdir`," ujar Rohmat menjelaskan.
Dalam penyampaian materinya, mantan dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut menegaskan bahwa dengan penyediaan bantuan-bantuan tersebut, setidaknya kementerian terlibat dalam mengurangi beban hambatan peningkatan karir dan profesinya. "Jika pada pertemuan kali ini telah dihadirkan ahli jurnal dan juga ahli penulisan artikel untuk jurnal internasional, diharapkan mampu memberikan inspirasi bagi peserta yang hadir hari ini," jelasnya menegaskan.
Untuk mendukung akuntabilitas pendistribusian bantuan, Direktorat juga telah membuat sistem informasi yang akan memantau perjalanan pelaksanaan pemberian bantuan. Anis Masykhur, Kepala Seksi bina akademik PAI mengamini pernyataan Rohmat tersebut. Maka dari itu, sistem informasi dan pendataan proposal juga disampaikan. Pada forum ini juga dihadirkan para peneliti bidang keagamaan untuk berbagi pengalaman terkait penulisan artikel untuk jurnal internasional bereputasi. Syamsul Maarif, guru besar UIN Walisongo yang baru dikukuhkan pada pekan lalu menyampaikan bahwa kesulitan peningkatan karir secara umum terdapat pada artikel untuk jurnal terakreditasi, dan untuk professor pada jurnal internasional bereputasi. "Perlu keseriusan dan konsistensi dalam menulis ini. Jika seorang dosen sering melakukan penelitian, maka dia tidak akan kehabisan bahan untuk menulis sebuah artikel," ujar Syamsul menegaskan. Berbagai bantuan termasuk penelitian sebenarnya hanya sebagai motivator.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan SDM dan Peningkatan Karir Kemenristek Dikti, Bunyamin Maftuh menginformasikan bahwa ternyata masih banyak dosen yang berlum memiliki jabatan fungsional. Padahal, keberadaan jabatan fungsional dosen menentukan karir dan profesinya. Beliau menyarankan bahwa para dosen harus mengurus jabatan fungsional dosen untuk kelancaran perkembangan karirnya. (n15/dod)
Antusiasme dosen terlihat cukup tinggi setelah mendapatkan informasi tersebut. Hingga berita ini diturunkan jumlah data dosen yang masuk sudah mencapai lebih dari 500.
Program bantuan tahun pertama untuk dosen PAI ini adalah bantuan penelitian pembinaan, penulisan buku ajar, beasiswa peningkatan kualifikasi, bantuan kemitraan dan penguatan kegiatan keagamaan kemahasiswaan.
Meski secara kuantitas belum memadai, namun program-program ini menunjukkan peningkatan kepedulian negara yang signifikan terhadap dosen PAI. Rohmat Mulyana menyampaikan bahwa upaya mengoptimalkan besaran dana bantuan juga ditempuh melalui berbagai cara. Misalkan saja, untuk dapat mengakses bantuan penelitian yang lebih besar bisa melalui pintu Direktorat PTKI dan untuk dapat mengakses bantuan kuliah secara penuh dapat mendaftarkan diri melalui program 5000 Doktor.
"Komunikasi intensif dilakukan dengan unit-unit kerja lain. Itu yang kami sebut mengoptimalkan `takdir`," ujar Rohmat menjelaskan.
Dalam penyampaian materinya, mantan dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut menegaskan bahwa dengan penyediaan bantuan-bantuan tersebut, setidaknya kementerian terlibat dalam mengurangi beban hambatan peningkatan karir dan profesinya. "Jika pada pertemuan kali ini telah dihadirkan ahli jurnal dan juga ahli penulisan artikel untuk jurnal internasional, diharapkan mampu memberikan inspirasi bagi peserta yang hadir hari ini," jelasnya menegaskan.
Untuk mendukung akuntabilitas pendistribusian bantuan, Direktorat juga telah membuat sistem informasi yang akan memantau perjalanan pelaksanaan pemberian bantuan. Anis Masykhur, Kepala Seksi bina akademik PAI mengamini pernyataan Rohmat tersebut. Maka dari itu, sistem informasi dan pendataan proposal juga disampaikan. Pada forum ini juga dihadirkan para peneliti bidang keagamaan untuk berbagi pengalaman terkait penulisan artikel untuk jurnal internasional bereputasi. Syamsul Maarif, guru besar UIN Walisongo yang baru dikukuhkan pada pekan lalu menyampaikan bahwa kesulitan peningkatan karir secara umum terdapat pada artikel untuk jurnal terakreditasi, dan untuk professor pada jurnal internasional bereputasi. "Perlu keseriusan dan konsistensi dalam menulis ini. Jika seorang dosen sering melakukan penelitian, maka dia tidak akan kehabisan bahan untuk menulis sebuah artikel," ujar Syamsul menegaskan. Berbagai bantuan termasuk penelitian sebenarnya hanya sebagai motivator.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan SDM dan Peningkatan Karir Kemenristek Dikti, Bunyamin Maftuh menginformasikan bahwa ternyata masih banyak dosen yang berlum memiliki jabatan fungsional. Padahal, keberadaan jabatan fungsional dosen menentukan karir dan profesinya. Beliau menyarankan bahwa para dosen harus mengurus jabatan fungsional dosen untuk kelancaran perkembangan karirnya. (n15/dod)