Palu (DitPAI)-- Wali kota Palu Hadianto Rasyid meluncurkan program “Bina Imtak Tingkat Satuan Pendidikan PAUD/SD/ SMP Kota Palu” di halaman SMPN 1 Palu (19/2). Hadianto Rasyid menyampaikan optimisme atas ide program ini sekaligus ajakan kepada para pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam mewujudkannya.
“Salah satu dimensi profil Pelajar Pancasila adalah dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Program Bina Imtak Tingkat Satuan Pendidikan PAUD/SD/ SMP Kota Palu ini sarana untuk mendukung terwujudnya dimensi tersebut,” ujarnya.
“Upaya mewujudkan profil Pelajar Pancasila tidak bisa berhasil jika hanya dilakukan oleh pendidik, karena harus dilakukan melalui kerja sama dengan semua pihak, baik pemerintah, sekolah, dan masyarakat,” urai Hadianto lebih lanjut.
Dengan mengusung tema “Harmoni Keberagaman Dalam Bingkai Palu Religius; Palu Mantap Bergerak”, dalam kegiatan ini ditampilkan berbagai aktivitas keagamaan baik dari agama Islam (tilawah dan proses salat jenazah), agama Kristen (Kidung Rohani), agama Hindu (Suci Wedha), dan agama Budha (Dharma Pada). Tidak ketinggalan tari salawat, tari Islami, sambung ayat, dan marawis ikut serta memeriahkan kegiatan ini.
Dalam kesempatan yang sama, Hardi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, menyampaikan, pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama, tapi merupakan tanggung jawab semua pihak. Oleh karenanya, kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah perlu dijadwalkan secara khusus.
“Pendidikan agama tidak hanya sebatas konsep, namun aspek praktek jelas lebih penting. Contoh yang sering kita lihat di masyarakat, ketika ada saudara kita yang meninggal dunia, sangat sedikit yang ikut menyalatkan jenazah, itu pun hanya orang-orang tua, anak muda sangat kurang. Itulah pentingnya mengajarkan praktek keagamaan sejak dini, dimulai dari sekolah,” terang Hardi.
Hadianto juga berharap, sudah saatnya pendidikan agama mendapat porsi lebih memadai dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. “Jam pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum tidak cukup untuk mempaktekkan muatan-muatan keagamaan, sehingga pemerintah kota Palu mengambil kebijakan untuk menetapkan hari jumat sebagai hari bina imtak siswa,” kata Hadianto. Hari Jumat dikhususkan untuk belajar agama, dari pukul 07.00 samapi pukul 15.00 Wita. Semua aktivitas di sekolah pada hari itu hanya mempelajari dan mempraktekkan ajaran masing-masing agama, tidak dicampur dengan mata pelajaran yang lain.
Lebih lanjut, wali kota juga menyampaikan bahwa hari Sabtu tidak ada aktivitas pembelajaran di sekolah. Hari sabtu merupakan waktu keluarga. Siswa juga butuh kebersamaan dengan orang tuanya sehingga diberikanlah haknya untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya masing-masing. Kegiatan belajar mengajar dijadwalkan pada hari Senin sampai hari Kamis. Siswa dibebaskan dari tugas sekolah pada hari Jumat, Sabtu, dan Ahad.
Pengawas Pembina PAI Kota Palu Andi Dara Dewi sangat bersyukur dengan program ini. Menurutnya, Program Bina Imtak memberi peluang lebih leluasa kepada para guru PAI dalam mendampingi peserta didik untuk mempraktekkan materi-materi yang ada di kurikulum. Jam pelajaran agama tidak mampu mencukupi untuk praktek pelbagai materi dalam kurikulum, karena waktunya sangat terbatas.
Program yang digagas oleh dinas pendidikan ini merupakan langkah awal untuk menjadikan Kota Palu sebagai kota religi. Diharapkan, program ini dapat mendorong profiling pelajar Pancasila dan sikap saling menghargai dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing. Hadir dalam kegiatan ini para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Palu, Kantor Kementeriaan Agama Kota Palu, utusan MGMP PAI Kota Palu, dan undangan lainnya. (EI)
Kontributor: Emi Indra
Editor: Saiful Maarif