Belitung
(Kemenag)--Menjelang sore itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin tampak sumringah
tatkala memasuki kafe yang berada tak jauh dari Bandara HAS Hanandjoeddin,
Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Rasa
lelah usai kunjungan kerja ke Pangkal Pinang tak terlihat di wajahnya.
Tiba di Tanjung Pandan sekitar pukul 15.00 WIB, Menag bergegas meninggalkan
bandara dan berbaur bersama para siswa peserta Perkemahan Rohis Tingkat
Nasional ke III.
Menag
menyapa mereka yang sore itu sudah berkumpul dan menunggu kedatangannya. Ya,
sore itu siswa-siswi Rohis mendapat kesempatan bertemu Menag dalam acara
Ngopi Bareng yang mengusung tema 'Muda itu Berkarya'.
"Saya
lebih senang menyapa dengan sebutan saudara, karena saya sedang berhadapan
dengan pemuda-pemudi harapan bangsa. Saya merasa, 10 hingga 15 tahun ke depan,
Indonesia ada di tangan saudara semua," ucap Menag mengawali pertemuan,
Senin (05/11) sore itu.
Ngopi
bareng Menteri Agama bersama siswa-siswi Rohis dipandu Direktur Pendidikan
Agama Islam (PAI) Rohmat Mulyana Sapdi. Menurut Rohmat ajang ngopi bareng
ini lebih bertujuan untuk bagaimana siswa-siswi Rohis dapat berinteraksi dan
berdiskusi dengan Menag Lukman tentang berbagai hal.
Dalam
kesempatan tersebut, Menag langsung mengajak para siswa untuk bertanya dan
berdiskusi. Kesempatan ini pun disambut para siswa-siswi Rohis yang
berasal dari berbagai provinsi di Indonesia dengan melontarkan ragam
pertanyaan. Mulai Islam Toleran, dari soal khilafah, bendera tauhid, menangkal
Hoax hingga bagaimana aplikasi dari tema Muda itu Berkarya.
Kepada
para siswa-siswi Rohis, Menag mengaku bahwa pertanyaan yang dilontarkan luar
biasa. Menag pun memulai dengan Islam ajaran yang menebarkan keyakinan akan
adanya Tuhan yang satu dan tidak berbilang.
"Intinya
Islam ajaran yang menebarkan kasih sayang. Islam itu akar katanya sama dengan
Assalam, damai dan kasih sayang. Karena agama hadir untuk mengangkat harkat
martabat manusia," ujar Menag.
Dikatakan
Menag, untuk mencapai kedamaian itu syaratnya kebutuhan pokoknya terpenuhi baik
sandang papan dan kesejahteraan dalam pengertian fisik.
"Orang
damai bila rasa aman tercipta pada dirinya. Di situlah kedamaian akan muncul.
Islam hadir untuk memenuhi keduanya," kata Menag.
Soal
khilafah, dilanjutkan Menag, yaitu sebuah konsepsi pengaturan sistem
pemerintahan yang dalam sejarah Islam pernah diterapkan dan dikenal Khilafah
Rosidin, Bani Umayah, dan Usmaniyah.
"Bangsa
Indonesia sudah bersepakat membangun dan menjalankan roda pemerintahan dengan
prinsip berdasarkan Pancasila tidak dengan konsepsi yang lain. Oleh karenanya,
umat Islam tunduk dengan kesepakatan. Islam mengajarkan wajib tunduk dengan
kesepakatan yang kita buat sendiri," tandas Menag.
"Poinnya
dalam kontek Indonesia, konsepsi khilafah itu bukan dianggap salah, tapi
tertolak oleh mayoritas bangsa karena tidak relevan dengan bangsa yang beragam
dan majemuk," sambung Menag.
Sementara
terkait tema Muda itu Berkarya, dikatakan Menag orang bisa berkarya syaratnya
kompetensi. Yaitu, keahlian terhadap penguasaan bidang tertentu. Bagaimana
kita bisa berkarya yaitu bagaimana dengan memiliki keahlian. Di era sekarang,
syarat untuk bisa menjadi sosok yang di atas rata-rata yaitu, integritas.
"Dari
sekarang kita harus membangun integritas. Hanya orang berintegritas sajalah
yang berada di atas orang kebanyakan. Apa itu integritas, yaitu kejujuran
disiplin, kematangan, kemudian kompetensi sehingga bisa menghasilkan karya,"
tanda Menag.
Terakhir,
terkait bagaimana menangkal hoax, dijelaskan Menag umat Islam
memiliki tradisi yang bagus dalam menanggulangi hoax. Menurut Menag, para
ulama hadis untuk memverifikasi dan konfirmasi, klarifikasi dan menyakini
apakah sebuah ungkapan dan kabar benar datang dari Rasulullah mereka melakukan
dua pendekatan.
"Yaitu
memeriksa konten dari isi dan memeriksa siapa rasi periwayatannya. Kalau kita
mendapat ponstingan di group atau di media sosial, pertama memeriksa kontennya
apakah konten ini membawa manfaat bagi diri, positif gak? Kalau saya share
apakah mendatangkan sisi positif atau sebaliknya. Maka dalam Islam yang
diperlukan adalah menebarkan berita baik," imbau Menag.
Ditegaskan
Menag, bila menyebarkan hal buruk orang lain saja, itu bisa dikatakan ghibah,
meski keburukan orang itu benar. Apalagi keburukan orang itu tidak sesunguhnya
atau fitnah.
"Maka
kalu kita menerima positingan soal keburukan, meskipun itu benar, sekali
lagi kita tidak dalam posisi untuk menyebarkannya. Berdakwah itu mengajak
kepada kebajikan. Nilai kebajikan itu hanya bisa ditebarkan dengan rasa cinta
dan kasih sayang. Buat apa kita menebarkan keburukan kalau itu ghibah, apalagi
fitnah," tutup Menag.
Usai ngopi bareng bersama para siswa-siwi Rohis Menag Lukman
kemudian melanjutkan kegiatan dengan menjadi narasumber Simposium Kerukunan
Umat Beragama yang dipandu Kepala Biro HDI Mastuki.
https://kemenag.go.id/berita/read/509265/ngopi-bareng--siswa-rohis--hujani--menag-dengan-ragam-perta...
https://kemenag.go.id/berita/read/509265/ngopi-bareng--siswa-rohis--hujani--menag-dengan-ragam-perta...