Solo (Dit PAI) – Kementerian Agama minta kepada para guru PAI di sekolah untuk terus meningkatkan kesiapannya dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah yang sudah dibolehkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim sejak awal April 2021 lalu, tanpa menunggu tahun ajaran baru nanti.
Halini dinyatakan oleh Kasubdit PAI pada SMP/SMPLB Direktorat Pendidikan Agama Islam Agus Sholeh pada acara workshop Program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PPKB) Guru PAI SMP yang diselenggarakan di Solo pada 8 - 10 Juni 2021.
“Kita bersyukur bahwa Mendikbud telah mengijinkan PTM di sekolah pada tahun ajaran ini, tidak harus menunggu tahun ajaran baru nanti. Yang penting semua pihak pemegang kepentingan sekolah sudah siap. Itupun harus dengan prokes yang ketatâ€, demikian ungkap Agus Sholeh.
Agus mengatakan bahwa saat ini semua pihak sudah tidak sabar ingin sekolah, baik guru, siswa maupun orang tua siswa. Dan saat ini sudah memungkinkan untuk anak ke sekolah.
“Semua sudah kangen ke sekolah. Bosen belajar terus di rumah. Jadi ingat lagu Ayo ke sekolahâ€, tambah Agus Sholeh dihadapan para guru PAI SMP dari Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur.
Seperti diketahui, Mendikdbud Nadiem Makarim sudah mengijinkan untuk pembelajaran tatap muka mulai awal April 2021 lalu. Menurutnya, Indonesia tertinggal dari negara-negara Asia Pasifik terkait pembelajaran tatap muka. Hingga Maret 2021, hanya sekitar 22 persen sekolah di Indonesia yang melakukan tatap muka terbatas. Sementara di Asia Pasifik, sudah 85 persen negara kembali melakukan sekolah tatap muka.
Agus minta agar para guru PAI SMP seoptimal mungkin memanfaatkan PTM ini sehingga sekolah menjadi tempat belajar yang penuh berkah dan amanah bagi anak-anak.
“Para guru PAI harus dapat melakukan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.Terutama melalui kegiatan praktek ibà dah dan Baca Tulis al Qur’an. Sehingga membuat suasana sekolah menjadi hidup dan meriahâ€, kata Agus Sholeh.
Kasubdit PAI SMP juga mengatakan bahwa Direktorat PAI juga akan terus memonitor pelaksanaan PTM ini agar pembelajaran PAI ikut menjadi motor penggerak sekolah di era baru ini.
“Para guru PAI harus menjadi role model, atau uswah hasanah, dalam menanamkan nilai-nilai agama di sekolah, sehingga suasana sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan berinteraksi dengan siswa lainnya,†tandasnya.
Terkait dengan materi pembelajaran yang harus diajarkan di PTM, Agus meminta agar para guru dapat menyiapkan materi pembelajaran yang tepat dan terukur.
“Setiap guru harus bisa menyiapkan materi ajar yang menarik untuk PTM di sekolah. Karena itu setiap guru harus bisa menjaga semangat belajar anak-anak, baik saat PTM maupun saat daring,†terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Surakarta, Baidi, mendukung pertemuan yang menghadirkan para guru PAI dari tiga propinsi ini di Solo. Menurutnya, setelah para guru tidak boleh mengajar langsung di sekolah karena dampak pandemic Corona, mereka perlu mendapatkan penguatan dan penyegaran.
“Guru PAI memiliki peran yang sangat penting dalam membangkitkan semangat belajar anak-anak di sekolah di tengah pandemic Corona yang belum hilang ini. Namun mereka juga perlu mendapatkan suntikan motivasi dan supervisi yang tepat dalam menghadapi perubahan iniâ€, ungkap Baidi.
Menurutnya, sangat penting bagi guru saat ini adalah bagaimana membangkitkan semangat literasi baru dan mengupdate informasi di jaman 5.0 ini.
“Salah satu tantangan terbesar adalah siswa tidak bisa ke sekolah untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan guru mereka. Pembelajaran tatap muka pada kenyataannya memang sulit untuk digantikan dengan pembelajaran jarak jauh. Karena itu, ini menjadi tugas berat nan mulia dari para guru untuk membangkitkan semangat belajar anak-anak kita,†kata Baidi.
Ia mengatakan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak hanya dibangun dengan kekayaan sumber daya alam dan besarnya jumlah penduduk.
"Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakat yang memiliki peradaban tinggi, masyarakat literat serta aktif memajukan masyarakat dunia. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21", ujarnya.
Baidi menyebut ada enam literasi yang harus dikuasi, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Sayangnya, Indonesia belum termasuk sebagai bangsa yang melek literasi.
"Kita harus kerja keras, karena Indonesia dalam kategori kemampuan membaca, sains dan matematika tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara", kata dia mengutip hasil tes PISA yang dikeluarkan tahun 2019 lalu.
Dalam kesempatan ini Baidi minta agar para guru PAI terus meningkatkan kemauan dan kemampuan membaca, baik informasi-informasi umum atau karya-karya ilmiah.
“IAIN Surakarta, yang saat ini sudah menjadi UIN Surakarta, siap mendampingi para guru PAI dalam peningkatan kemampuan literasi, dengan melakukan kolaborasi dalam pelatihan, penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiahâ€, terang Baidi yang akhir tahun 2020 lalu memperoleh Guru Besarnya dalam bidang pendidikan.
Kegiatan workshop PPKB ini juga menghadirkan sejumlah nara sumber lain, yaitu Huriyuddin Al Humaidi dari Puslitbang Penda Kemenag, Faisal Ghazali dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud, dan Nurhuda Kurniawan dan Syaekhuddin dari Tim Pengembang PPKB PAI Dit. PAI Kementerian Agama. (Herz - PAI SMP)