Jakarta (Direktorat PAI) -- Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1996-2010. Sejak kecil generasi Z sudah lekat dengan piranti teknologi. Kondisi faktual semacam itu membawa tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, khususnya bagi para pendidik. Generasi Z adalah generasi internet yang memiliki karakteristik serba instan, berpikir terbuka, dan suka umpan balik langsung.
Creative and Critical Thinking (CCT) merupakan soft skill yang amat dibutuhkan oleh generasi Z. Peserta didik yang memiliki keterampilan CCT akan lebih selektif dalam menerima informasi di dunia maya. Dengan keterampilan CCT, dampak negatif dari fenomena disrupsi digital dapat diminimalisasi.
Melalui aplikasi perpesanan (messaging), hal tersebut disampaikan oleh Hanindya Restiningtyas, psikolog yang banyak malang melintang di dunia konselor pendidikan pada Rabu (15/03/2023).
“CCT ini bagian dari keterampilan abad 21. Anak-anak yang mempunyai keterampilan CCT cenderung tidak mudah terpengaruh efek negatif dari dunia internet,” ujar wanita yang akrab disapa Resti ini.
Seminggu yang lalu, ibu dua anak ini diundang sebagai narasumber Kegiatan Orientasi Pengembangan Pembelajaran PAI SMA/SMALB/SMK Abad 21 Zona 1 yang diselenggarakan Direktorat PAI.
Ia melihat bahwa perlu kewaspadaan terhadap dampak negatif kemajuan teknologi bagi perkembangan kejiwaan generasi Z. Keinginan untuk menjadi populer di sosial media kerap kali tidak diimbangi oleh kematangan sikap dalam menggunakannya.
“Kita bisa lihat sikap rentan generasi Z terhadap kegagalan. Di era disrupsi digital orang bisa cepat terkenal sekaligus bisa cepat terlupakan. Ini bisa menyebabkan kondisi psikis yang rawan depresi,” tukas Resti.
Resti menegaskan bahwa CCT bagian dari soft skill yang dapat diinsersi ke dalam pembelajaran PAI. Fokus pada agama adalah bagian dari strategi mengatasi stress.
Ia mendasarkan argumennya pada hasil riset yang menyebutkan bahwa soft skill menyumbang 80% penentu kesuksesan. Sementara itu, soft skill merupakan keterampilan yang tidak terlihat namun berhubungan erat dengan karakter individu.
Menurutnya, PAI yang bermuatan CCT dapat mendorong terbentuknya karakter peserta didik yang memiliki keadaban digital.
“Menjadi warga digital yang beradab adalah tantangan kita semua, termasuk generasi Z. Peran PAI dalam hal ini tentu tidak bisa diabaikan sama sekali. Dengan fondasi agama yang kokoh, generasi Z memiliki panduan dalam mengendalikan perilaku,” pungkasnya. (Apri)